Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Adi Wikanto
Jakarta. Harga emas tergerus di hari keenam setelah dollar AS menguat di tengah spekulasi bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga. Optimisme tersebut datang lantaran presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump menyatakan akan meningkatkan belanja infrastruktur.
Mengutip Bloomberg, Senin (14/11) harga emas kontrak pengiriman Desember 2016 di Commodity Exchange tergerus 1,2% di level US$ 1.212,82 per ons troi atau level terendah sejak Juni sebelum berada di US$ 1.216,44 pada pukul 14.00 waktu Singapura.
Emas bergerak cukup volatile dalam sepekan lalu. Kejutan terpilihnya Trump membuat harga emas sempat melonjak akibat naiknya permintaan safe haven. Tetapi harga emas kembali merosot lantaran investor menurunkan resiko pasar. Fokus saat ini kembali pada peluang kenaikan suku bunga The Fed akhir tahun dengan tingkat probabilitas yang naik menjadi 84%.
"The Fed sekarang harus berurusan dengan ketidakpastian presiden yang dapat merangsang ekonomi melalui infrastruktur signifikan. Dengan demikian, kita bisa melihat lebih banyak aktivitas suku bunga tahun 2017. ujar David Lennox, seorang analis pada Fat Prophets di Sydney, seperti dikutip Bloomberg, Senin (14/11). "Emas masih bereaksi sangat besar dengan arah pergerakan dollar AS," imbuhnya.
Sebelum pemungutan suara, peramal emas menyatakan bahwa kemungkinan menangnya Trump dapat menjadi katalis emas. Hal tersebut lantaran adanya ketidakpastian ekonomi yang dapat mendukung permintaan saat aman. Survei Bloomberg mentatakan reli harga emas bisa menyentuh US$ 1.395 per ons troi, sementara aksi jual kemungkinan terjadi jika Hillary Clinton yang menang.
Data Bloomberg menunjukkan kepemilikan emas di exchange-traded funds turun 16,1 metrik ton menjadi 1.971,2 ton pada Jumat (11/11).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News