kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Turun 43,53% sepanjang 2020, begini kinerja tujuh emiten sektor industri dasar


Rabu, 18 Maret 2020 / 20:49 WIB
Turun 43,53% sepanjang 2020, begini kinerja tujuh emiten sektor industri dasar
ILUSTRASI. Industri dasar dan kimia menjadi indeks sektoral dengan penurunan terdalam, yakni 43,53% secara year to date.


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang tahun 2020, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot 31,25% ke level 4.330,67 per Rabu (18/3). Melihat tiap sektornya, industri dasar dan kimia menjadi indeks sektoral dengan penurunan terdalam, yakni 43,53% secara year to date (ytd).

Indeks tersebut diisi oleh emiten-emiten yang bergerak di industri semen, peternakan unggas, bubur kertas dan kertas (pulp and paper), keramik, porselin, hingga bahan kimia.  Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, dari 77 perusahaan publik yang menghuni indeks industri dasar dan kimia, tujuh emiten telah merilis laporan keuangan 2019.

Baca Juga: IHSG turun 2,83% ke 4.330 pada penutupan perdagangan Rabu (18/3)

Dari laporan keuangan tujuh perusahaan tercatat tersebut, mayoritas emiten membukukan pertumbuhan pendapatan dengan kisaran 2%-32% secara tahunan. Sebaliknya, laba bersih mayoritas emiten ini justru turun dengan kisaran 20%-32% year on year (yoy). Secara rinci, kinerja emiten-emiten tersebut adalah sebagai berikut.

1. PT Arwana Citramulia Tbk (ARNA)

Perusahaan yang bergerak di industri kemarik, kaca, dan porselin ini memperoleh pendapatan Rp 2,15 triliun pada 2019. Jumlah tersebut naik 9,15% dari tahun 2018 yang sebesar Rp 1,97 triliun. ARNA juga mencatatkan kenaikan laba bersih hingga 37,61% yoy, dari Rp 156,62 miliar pada 2018 menjadi Rp 215,53 miliar pada 2019. Secara ytd, saham ARNA telah terkoreksi 19,72% ke Rp 350 per saham hingga Rabu (18/3).

2.  PT Fajar Surya Wisesa Tbk (FASW)

Pada 2019, produsen kertas dengan merk Fajar Paper ini mencatatkan penurunan pendapatan 16,8% yoy menjadi Rp 8,27 triliun, dari sebelumnya Rp 9,94 triliun. Bahkan, laba bersih FASW turun lebih dalam, yakni 31,06% yoy menjadi Rp 968,83 miliar. Padahal, pada 2018, FASW membukukan laba bersih Rp 1,4 triliun. Secara ytd, saham FASW turun 8,44% ke Rp 7.050 per saham hingga Rabu (18/3).

Baca Juga: BEI masih mengantongi 23 IPO dan surat utang Rp 23,38 triliun dalam pipeline

3. PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA)

Perusahaan yang bergerak di bidang pakan ternak, peternakan ayam, pengolahan unggas, dan budidaya perikanan ini membukukan pendapatan Rp 36,74 triliun pada 2019. Jumlah tersebut naik 8,03% dari pendapatan 2018 yang sebesar Rp 34,01 triliun. Akan tetapi, laba bersih JAPFA turun 18,58% yoy, dari Rp 2,17 triliun pada 2018 menjadi Rp 1,77 triliun pada 2019. Secara ytd, saham JPFA telah turun 39,09% ke Rp 935 per saham hingga perdagangan Rabu (18/3).

4. PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB)

Pada 2019, emiten yang bergerak di industri semen ini membukukan pertumbuhan pendapatan 6,55% yoy menjadi Rp 11,06 triliun, dari tahun sebelumnya Rp 10,37 triliun. Solusi Bangun Indonesia juga berhasil membalikkan keadaan pada bottom line, dari rugi bersih Rp 827,98 miliar pada 2018 menjadi untung bersih Rp 499,05 miliar. Secara ytd, saham SMCB merosot 45,34% ke Rp 645 per saham hingga Rabu (18/3).

Baca Juga: Darurat Corona Bikin Dunia Usaha Kian Merana

5. PT Semen Indonesia Tbk (SMGR)

Badan usaha milik negara (BUMN) yang bergerak di industri semen ini  membukukan pertumbuhan pendapatan yang signifikan pada tahun lalu, yakni 31,55% yoy. Alhasil, pendapatan SMGR naik dari Rp 30,68 triliun pada 2018 menjadi Rp 40,37 triliun. Akan tetapi, laba bersih Semen Indonesia justru turun 22,31% yoy, dari Rp 3,08 triliun pada 2018 menjadi Rp 2,39 triliun pada 2019. Secara ytd, saham SMGR meluncur 47,50% ke Rp 275 per saham hingga perdagangan Rabu (18/3).

6. PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP)

Pada 2019, anak usaha PT Waskita Karya Tbk ini mencatatkan penurunan pendapatan 6,66% yoy, dari Rp 8 triliun menjadi Rp 7,47 triliun. Bahkan, laba bersih WSBP terkoreksi lebih dalam, yakni 26,94% yoy menjadi Rp 806,15 miliar. Secara ytd, saham WSBP telah longsor 57,57% ke Rp 129 per saham hingga Rabu (18/3).

Baca Juga: Stimulus pajak melawan dampak corona bebani penerimaan pajak

7. PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON)

Anak usaha PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) ini membukukan kenaikan pendapatan 2,2% yoy menjadi Rp 7,08 triliun pada 2019. Tahun sebelumnya, pendapatan WTON adalah sebesar Rp 6,93 triliun. Pada 2019, laba bersih WTON juga tumbuh 5,34% yoy menjadi Rp 512,35 miliar, dari sebelumnya Rp 486,35 miliar. Secara ytd, saham WTON telah anjlok 50,22% ke Rp 224 per saham hingga Rabu (18/3).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×