kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Turun 23% Setelah Suspensi Dibuka, Begini Prediksi Harga Nikel


Selasa, 22 Maret 2022 / 06:10 WIB
Turun 23% Setelah Suspensi Dibuka, Begini Prediksi Harga Nikel


Reporter: Aris Nurjani | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lonjakan harga nikel di London Metal Exchange (LME) mulai mereda setelah suspensi selama enam hari perdagangan. Menurut data Bloomberg, harga nikel melonjak hingga ke US$ 55.000 per metrik ton pada perdagangan intraday, Senin (7/3) dan ditutup ke US$ 48.078 per metrik ton. 

Harga nikel pengiriman tiga bulan di LME turun dalam tiga hari perdagangan berturut-turut sejak suspensi dibuka, Rabu (16/3). Pada Jumat (18/3), harga nikel ditutup pada US$ 36.915 per metrik ton, turun 11,99% dari hari sebelumnya. Harga nikel ini pun merosot 23,22% ketimbang penutupan perdagangan sebelum suspensi LME.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuabi mengatakan, sebenarnya kenaikan harga nikel disebabkan oleh terjadinya perang antara Rusia-Ukraina. Kondisi saat ini stabil sehingga harga nikel kembali turun. 

"Sehubungan dengan kondisi saat ini di Ukraina sudah sedikit stabil, karena kemarin sempat adanya perjanjian gencatan senjata sehingga harga-harga kembali turun," ujar Ibrahim.

Baca Juga: Hubungan China-Rusia memburuk, Harga Komoditas Bisa Melambung

Founder Traderindo.com Wahyu Tribowo Laksono mengatakan, kenaikan harga nikel terjadi akibat kepanikan pasar terkait masalah geopolitik Rusia-Ukraina. Wahyu mengatakan, saat harga nikel melonjak drastis, banyak pihak yang rugi dan harus di-bailout sehingga perdagangan dihentikan. Alhasil, banyak investor yang melakukan hedging atau short position (posisi jual) di semua aset atau komoditas. 

"Ingat kasus melawan hedge fund Wallstreet bet. Banyak investor hedge fund yang melakukan hedging saham, perak dan emas," ujar Wahyu.

Lonjakan harga nikel menyebabkan kerugian pada Tsingshan Holding Group Co yang melibatkan salah satu bank terbesar di negara itu sehingga memaksa London Metal Exchange untuk mengambil langkah untuk membatalkan perdagangan nikel di jam Asia.

Baca Juga: Lawan Uni Eropa Soal Kebijakan Ekspor Nikel, Wamendag Pimpin Delegasi ke WTO

Ibrahim mengatakan, konflik di Ukraina sudah tidak terlalu menakutkan, karena hampir sebagian wilayah Ukraina sudah dikuasai oleh Rusia. Sehingga ketakutan bahwa produksi komoditas nikel akan mengalami kekurangan atau penghambatan sudah tidak ada. 

"Salah satu negara penghasil nikel terbesar dunia yaitu Rusia dan Ukraina sehingga ada ketakutan dengan adanya perang di Ukraina akan menghambat laju pengiriman terhadap nikel. Apalagi Rusia mendapatkan sanksi ekonomi dari negara-negara Eropa, Amerika dan Inggris, " kata Ibrahim.

Wahyu menambahkan, saat ini harga nikel sedang mencoba normal. Tentu ini juga didukung oleh meredanya isu geopolitik antara Rusia-Ukraina.

"Secara jangka pendek jelas wajar koreksi. Namun dalam jangka menengah harga potensial konsolidasi sesuai isu geopolitik yang masih belum kelar serta tren komoditas dan inflasi yg masih tinggi. Sedangkan dalam jangka panjang potensi bullish jelas masih terbuka," tutur Wahyu.

Baca Juga: Perdagangan Nikel di LME Dihentikan Sementara, Pasar Kacau Balau

Ibrahim mengatakan spekulan sudah mengambil untung sehingga wajar kalau harga nikel turun signifikan dan menuju harga wajar. "Harga wajar nikel berada di level US$ 19.000 per metrik ton, kalau seandainya sekarang turun tajam ini wajar karena kenaikan kemarin hanya bersifat semu, " ujar dia.

Ibrahim mengatakan, fluktuasi harga nikel masih berpotensi terjadi hingga mungkin bisa naik hingga US$ 50.000 per metrik ton. Tapi, dia memperkirakan harga nikel berpotensi ditutup pada US$ 22.000 per metrik ton di akhir tahun. 

Wahyu mengatakan dengan asumsi tren komoditas inflasi, kebijakan bank sentral, rantai pasok, dan fundamental terkait baterai mobil listrik, harga wajar nikel berada di level US$ 40.000 per metrik ton.

"Naiknya harga nikel masih disebabkan oleh supply chain akibat dampak pandemi diperburuk oleh masalah geopolitik Rusia-Ukraina, " kata Wahyu.

Dia menambahkan, harga nikel di semester pertama tahun ini akan berada di kisaran US$ 30.000 per metrik ton hingga US$ 100.000 per metrik ton. Sedangkan range frequently berada di US$ 40.000 per metrik ton hingga US$ 50.000 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×