kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tunggu sentimen, investor bisa wait and see saham sektor farmasi


Senin, 24 Februari 2020 / 08:35 WIB
Tunggu sentimen, investor bisa wait and see saham sektor farmasi


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebaran virus Corona dan penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, punya cara tersendiri untuk membuat saham sektor farmasi masih menarik dilirik tahun ini.

Hanya saja, investor dianjurkan untuk wait and see lebih dulu saat ini, sembari menanti sentimen yang pas untuk bisa masuk ke saham industri farmasi.

Analis OSO Sekuritas, Sukarno Alatas menjelaskan penguatan nilai tukar rupiah yang terjadi sejak akhir tahun lalu dapat menjadi sentimen positif bagi kinerja emiten sektor farmasi tersebut. Hanya saja, dia mengakui dampaknya tidak akan terlalu signifikan.

Baca Juga: Begini dampak penyebaran virus corona menurut bank-bank besar

"Mengingat, pergerakan rupiah masih sangat fluktuaktif dan ada kemungkinan bisa melemah kembali," ungkap Sukarno kepada Kontan, Jumat (21/2).

Apalagi, tren penurunan suku bunga acuan seperti yang baru saja kembali diumumkan Bank Indonesia (BI) dengan memangkas suku bunga acuannya menjadi 4,75%, berpotensi melemahkan rupiah.

Dia menjelaskan, suku bunga rendah berpotensi membuat pergerakan rupiah kembali melemah karena, minat akan rupiah turun dalam jangka pendeknya.

Untuk tahun ini, Sukarno memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bakal bergerak di kisaran Rp 13.930 per dolar AS, yang artinya masih ada peluang bagi mata uang Garuda untuk melemah dari posisi saat ini.

Baca Juga: Cegah perlambatan ekonomi akibat corona, Indef minta investasi digenjot

Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah sepanjang 2020 sudah menguat 0,76% di level Rp 13.760 per dolar AS.

Untuk itu, dia menilai penguatan rupiah saat ini belum bisa menjadi patokan bahwa ke depannya kurs masih akan menguat kembali. Nah, ketika harga diproyeksikan kembali melemah, itu akan menjadi tantangan bagi industri farmasi.

Di sisi lain, persebaran virus Corona menjadi sentimen negatif saat ini karena, China menjadi salah satu sumber utama pasokan bahan baku obat.

Sukarno menilai, penyebaran virus corona dikhawatirkan turut berdampak negatif terhadap emiten farmasi akibat terhambatnya pasokan bahan baku dan bakal menjadi tantangan secara industri.

"Tapi di samping itu ada sisi positifnya, permintaan akan produk masker meningkat. Untuk itu, prospek (sektor farmasi) ke depannya masih ada harapan buat kembali pulih," ujarnya.




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×