Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren penurunan kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) diprediksi masih akan berlanjut sampai waktu yang belum bisa ditentukan. Faktor atau sentimen utamanya masih sangat bergantung pada perkembangan pandemi Covid-19.
Sebagai informasi, data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat, kepemilikan SBN Domestik yang dapat diperdagangkan oleh investor non residen atau asing mengalami penurunan sejak awal 2020. Hingga April 2020, posisi kepemilikan asing di SBN tercatat di level Rp 924,76 miliar atau turun dari capaian Maret 2020 yakni Rp 926,91 miliar, bahkan dibandingkan Januari 2020 yang mencapai Rp 1,077 triliun.
Baca Juga: Analis: Dana asing masih akan sulit masuk selama pemerintah belum mampu atasi corona
Head of Economic Research Pefindo, Fikri C Permana mengatakan, turunnya kepemilikan asing dikarenakan adanya apresiasi nilai tukar rupiah yang cukup kuat yakni 8%-9% dalam rentang waktu akhir Maret hingga April 2020. Kondisi tersebut, seakan-akan dalam denominasi rupiah mencerminkan bahwa kepemilikan asing berkurang.
"Sementara itu, sell off dari awal tahun memang masih ada, dimana kami mencatat sell off asing di pasar Surat Utang Negara (SUN) sekitar 120 triliun," kata Fikri kepada Kontan.co.id, Kamis (14/5).
Adapun penyebab utama adanya sell off besar-besaran, lantaran risiko global yang meningkat, persepsi risiko domestik juga ikut meningkat. Disamping itu, rupiah cenderung terdepresiasi cukup signifikan dari awal tahun 2020.
"Hingga pandemi mulai menunjukkan arah penurunan (tren sell off bisa berkurang), waktunya kapan? tidak bisa diprediksi. Sehingga, investor bisa menentukan langkahnya sendiri untuk masuk SUN atau instrumen lain," tandasnya.
Head of Investment Avrist Asset Management Farash Farich menilai, penurunan kepemilikan asing terjadi karena kekhawatiran investor atas ketidakpastian akan dampak Covid-19. Alhasil, investor global cenderung menghindari emerging market, meskipun belakangan kurs nilai tukar rupiah sudah menguat.
Baca Juga: Ganti SPN 3 bulan, Kemenkeu gunakan SBN 10 tahun dalam asumsi makro APBN 2021
Kekhawatiran tersebut berdampak di sektor riil dan berpengaruh ke perbankan. Investor juga masih mengawasi realisasi budget defisit Tanah Air, apakah akan mencapai 5% atau bahkan lebih. "Ditambah lagi risiko supply SBN karena jumlahnya kini bertambah signifikan," ujar Farash kepada Kontan.co.id, Kamis (14/5).
Untuk itu, Farash memperkirakan tren penurunan kepemilikan asing di SBN tidak akan berkurang atau bertambah secara drastis. Hal ini dikarenakan mulai meredanya kepanikan global akan persebaran Covid-19.
"Di sisi lain, belum cukup sentimen positif yang bisa membawa kembali inflow ke Indonesia," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News