Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden di Amerika Serikat (AS) dinilai cukup mempengaruhi pasar ekonomi dan keuangan global.
Menurut Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, dampak potensial dari kemenangan Trump terhadap pasar ekonomi dan keuangan global memiliki banyak aspek.
Berikut beberapa area utama yang perlu dipertimbangkan:
Pertama, aktivitas perdagangan global yang mana ada potensi perang mata uang 2.0. Masa kepresidenan Trump sebelumnya ditandai dengan pergeseran ke arah kebijakan proteksionis, termasuk meningkatkan tarif impor pada mitra dagang utama, terutama China di tengah meningkatnya defisit perdagangan AS dengan negara tersebut.
Baca Juga: Putin dan Trump Dikabarkan Sudah Ngobrol Panjang Lewat Telepon
Jika Trump menerapkan pendekatan yang sama, hal ini dapat memicu reaksi balasan, terutama di wilayah-wilayah yang secara langsung dan signifikan terpengaruh oleh meningkatnya ketegangan perdagangan.
"Hal ini dapat memicu pembalasan perdagangan global dan devaluasi mata uang," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (7/11).
Kedua, harga komoditas global karena risiko peningkatan volatilitas harga. Trump telah menjadi pendukung kuat industri bahan bakar fosil dan pengkritik vokal terhadap peraturan yang berfokus pada iklim.
Menurut Josua, jika Trump mengejar kebijakan energi yang serupa, sektor energi konvensional seperti minyak dan gas dapat mendapat keuntungan. Sedangkan investasi dalam energi terbarukan dapat mengalami hambatan, yang berpotensi mempengaruhi harga energi global.
Baca Juga: Trump Memang Pilpres, Mayoritas Harga Komoditas Merah
Ketiga, kebijakan fiskal AS, dimana imbal hasil US Treasury cenderung meningkat. Trump secara konsisten dianggap sebagai pendukung pemotongan pajak, terutama melalui pengurangan tarif pajak perusahaan.
Trump sekarang mengusulkan pemotongan lebih lanjut, terutama menargetkan perusahaan-perusahaan yang berproduksi di dalam negeri, yang kemungkinan akan mengurangi pendapatan pemerintah dalam jangka pendek.
"Sehingga memperluas defisit fiskal kecuali dimitigasi dengan pemotongan pengeluaran yang sesuai," paparnya.
Keempat, inflasi dan suku bunga global yang diperkirakan akan tinggi untuk waktu yang lama. Kemenangan Trump dapat berkontribusi pada tekanan inflasi dan deflasi.
Perang dagang global yang mengarah pada tarif impor yang lebih tinggi akan menyebabkan tingkat inflasi global yang tinggi secara terus-menerus. Dolar AS yang kuat juga dapat menyebabkan peningkatan inflasi impor di banyak negara.
Kelima, mata uang global terkait permintaan yang kuat untuk Dolar AS, mengingat selama pemerintahan sebelumnya Trump terkadang menganjurkan dolar AS yang lebih lemah untuk meningkatkan ekspor AS.
Baca Juga: Elon Musk Dukung Senator Republik Rick Scott Sebagai Pemimpin Senat AS
Sikap serupa saat ini diperkirakan akan terjadi, yang berpotensi mempengaruhi valuasi mata uang dan menyebabkan depresiasi dolar AS. Kebijakan fiskal ekspansifnya juga dapat meningkatkan suplai Dolar AS di pasar.
Keenam, imigrasi dan pasar tenaga kerja AS tetap ketat namun dengan dampak yang moderat. Sikap Trump terhadap imigrasi, serikat pekerja, dan undang-undang ketenagakerjaan dapat berdampak signifikan terhadap pertumbuhan lapangan kerja.
Pengurangan imigrasi dapat membatasi suplai tenaga kerja, terutama di sektor-sektor yang bergantung pada pekerja asing, yang berpotensi mengetatkan pasar tenaga kerja. Hal ini dapat meningkatkan risiko inflasi.
Di sisi lain, kebijakan yang bertujuan untuk mengurangi pengaruh serikat pekerja dapat mengakibatkan perubahan terbatas pada pertumbuhan upah, yang berpotensi menyebabkan efek yang lebih lemah pada inflasi. Agenda penciptaan lapangan kerja juga dapat menyeimbangkan pasar tenaga kerja, terutama bagi para pencari kerja muda di AS.
Ketujuh, stabilitas geopolitik yang penuh dengan ketidakpastian. Strategi Trump terkait aliansi internasional dapat mendorong ketidakstabilan di wilayah tertentu, yang berpotensi merusak stabilitas pasar keuangan di seluruh Eropa, Asia, dan Timur Tengah, tergantung pada sikap kebijakan luar negerinya.
Terakhir, prospek pertumbuhan ekonomi global yang suram. Kemenangan Trump dapat mendorong pertumbuhan ekonomi jangka pendek di AS melalui pengurangan pajak, deregulasi, dan investasi infrastruktur, yang berpotensi meningkatkan industri dan lapangan kerja tertentu.
"Namun, kebijakan perdagangan proteksionisnya, bersama dengan peningkatan defisit fiskal dan meningkatnya utang, dapat menimbulkan risiko jangka panjang terhadap pertumbuhan," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News