Reporter: Rezha Hadyan | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Amerika Serikat (AS) nampaknya geram terhadap Gubernur Federal Reserve Jerome Powell. Trump berencana memecat Powell akibat keputusannya menaikkan suku bunga acuan atau Fed Fund Rate pada Rabu (19/12) lalu. Selain itu kerugian pasar saham AS diduga menjadi alasan lain mengapa Trump ingin melengserkan Powell dari jabatannya saat ini.
Sebagai informasi, The Fed telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis point menjadi 2,25%-2,5%. Selain itu the Fed juga memberikan sinyal bahwa kenaikan untuk tahun depan hanya dua kali lagi, dari tiga kali menurut konsensus para pelaku pasar finansial global.
Dikutip dari Bloomberg pada Minggu (23/12), penasihat Trump belum yakin dengan langkah tersebut akan benar-benar diambil dalam waktu dekat. Ia berharap kemarahan Trump akan segera reda dan ia akan mengurungkan niatnya.
Sejumlah penasihat Trump juga telah memperingatkan bahwa dilengserkannya Powell dari posisi gubernur The Fed adalah langkah yang sangat fatal.
Pasalnya, setiap upaya Trump untuk menyingkirkan Powell berpotensi menimbulkan efek kekacauan yang berakibat fatal di pasar keuangan dan merusak kepercayaan investor pada kemampuan the Fed selaku bank sentral untuk menjaga perekonomian tanpa ada intervensi dari pihak manapun.
Namun, kembali lagi Trump dikenal sebagai pribadi yang keras kepala dan cenderung tidak mau mengakui kesalahannya. Tentu hal itu semakin memperkeruh keadaan saat ini.
Rusaknya kepercayaan investor akan membuat anjloknya pasar saham AS. Indeks saham utama AS sudah terjun menjelang akhir tahun ini.
Di satu sisi, sumber yang disebut oleh Bloomberg menyebut bahwa Trump sebenarnya telah beberapa kali bertemu empat mata dengan Powell dalam beberapa hari terakhir.
Lalu bagaimana pengaruh rencana Trump kali ini terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)? Apakah sentimen negatif dari Negeri Paman Sam ini mampu menyetir pergerakan indeks ke zona merah jelang penutupan perdagangan pada Jumat (28/12) mendatang?
Analis Binaartha Sekuritas M. Nafan Aji Gusta Utama menyebut rencana Trump melengserkan Powell dari singgasananya tidak akan memberikan pengaruh signifikan terhadap pergerakan indeks di akhir tahun 2018.
“Pernyataan itu dampaknya mungkin tidak terlalu besar ya karena market, termasuk di negara-negara maju sedang libur. Jadi tidak terlalu se-volatile dengan beberapa periode sebelumnya baik untuk pasar saham, foreign exchange (forex), maupun komoditas.” kata Nafan ketika dihubungi oleh Kontan.co.id Minggu (23/12).
Nafan memproyeksi, pergerakan indeks cenderung datar atau flat hingga awal tahun 2019. IHSG diproyeksi akan bertengger dengan kecenderungan berada di atas 6.116-6.117 dan berpeluang menguat tipis.
Sedangkan untuk pergerakan indeks di tahun 2019, Nafan menilai rencana yang dilakukan Trump ini tidak akan memberikan pengaruh signfikan. Pergerakan indeks akan tetap dengan kecenderungan menguat akibat fenomena window dressing jelang akhir tahun dan January effect pada bulan depan.
Terlebih rencana Trump kali ini dapat dikatakan belum final dan harus menghadapi sejumlah halangan. Asal tahu saja, otorisasi hukum yang dimiliki Trump untuk bisa memecat Powell masih belum jelas hingga kini. Undang-Undang The Fed menyatakan bahwa gubernur dapat dihilangkan karena alasan presiden. Namun, aturan-aturan seputar pemecatan pemimpin bank sentral secara hukum tidak jelas.
“Jika benar-benar Powell dicopot dan penggantinya datang dari pihak oposisi atau Demokrat, tentu akan semakin membuat kacau kondisi perekonomian global. Tetapi jika diganti dengan ekonom atau bankir yang satu haluan dengan Trump mungkin akan lebIh kondusif walaupun tetap menjadi sentimen negatif bagi pergerakan sejumlah indeks di dunia,” kata Nafan.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa saat ini pelaku pasar masih menunggu atau wait and see terhadap hasil dari negosiasi perdagangan antara AS dan China. Negosiasi tersebut akan berlangsung hingga Maret 2019 mendatang atau dengan tenggat waktu 90 hari. Nafan bilang pelaku pasar lebih menunggu hasil negosiasi ini ketimbang kepastian rencana pemecatan Powell oleh Trump.
Sikap Trump yang bersikeras agar the Fed tidak menaikkan suku bunga acuannya menurut Nafan tidak mencerminkan bagaimana kebijakan ekonomi AS sesungguhnya. “Trump cenderung berpikir ke arah geopolitik atau ke politik internasional, tidak murni ekonomi. Padahal seharusnya ia tahu keputusan untuk tidak menaikkan suku bunga acuan akan memperburuk kondisi perekonomian AS yang semakin menurun hingga dibawah 3% di akhir tahun ini,” kata dia.
Nafan menyebut peluang terjadinya resesi bisa semakin tinggi apabila the Fed tidak menaikkan suku bunga acuannya. “Kalau Jerome Powell saya memaklumi kenaikan suku bunga untuk mengimbangi pertumbuhan ekonomi dalam rangka mengimbangi inflasi AS yang saat ini lebih dari 2%. Kenaikan suku bunga FFR secara gradual tidak masalah, tidak melonjak secara signifikan,” ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News