kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Dari 10 saham net buy terbesar asing, ini saham yang rekomendasikan analis


Minggu, 23 Desember 2018 / 15:30 WIB
Dari 10 saham net buy terbesar asing, ini saham yang rekomendasikan analis
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia


Reporter: Auriga Agustina | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selama sepekan terakhir, asing mencatatkan net sell Rp 2,75 triliun di pasar reguler dan Rp 2,98 triliun di seluruh pasar.

Kendati demikian masih ada saham-saham yang tercatat dibeli oleh asing sepekan kemarin. Saham-saham ini antara lain, Bank BNI (BBNI), Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP), Perusahaan Gas Negara (PGAS), Unilever Indonesia (UNVR), Telkom (TLKM), Surya Cita Media (SCMA), Pabrik Kertas Tjiwi Kimia (TKIM), Jasa Marga (JSMR), Matahari Departement Store (LPPF), Ace Hardware (ACES).

Kepala  Riset Reliance Sekuritas Lanjar Nafi mengatakan, faktor yang membuat saham tersebut dilirik asing adalah karena porsi saham-saham tersebut berkontribusi besar terhadap IHSG dan kenaikan harga belum signifikan.

Ambil contoh UNVR, price to earning ratio (PER) UNVR cukup tinggi yakni 38 kali di saat PER sektor consumer lainnya berada di kisaran 20 kali, namun UNVR masih diminati oleh asing karena kontribusinya terhadap IHSG cukup besar.

Dari saham-saham yang dibeli oleh asing pekan kemarin menurut Lanjar, SCMA masih layak dicermati untuk tahun depan. Alasannya, tahun depan adalah tahun politik, sehingga tak menutup kemungkinan SCMA akan kebanjiran iklan dari konten program beritanya.

Sementara untuk TLKM, menurut Lanjar, masih belum menarik untuk tahun depan, lantaran kinerjanya juga diprediksi masih sulit untuk tumbuh. "Telkom masih sulit menarik di tahun depan karena masih bergelut dengan data internet, tentu ini akan menghambat kinerja keuangan apalagi Telkom harganya masih lebih tinggi daripada provider lain," ujar Lanjar.

Sementara Analis Oso Sekuritas Sukarno Alatas menilai, saham-saham tersebut dilirik asing karena faktor window dressing. Mayoritas saham-saham tersebut selama 5 tahun terakhir selalu mengalami kenaikan dibandingkan bulan November dan kenaikan diprediksi akan berlanjut hingga Januari tahun depan.

Menurut Sukarno, dari saham-saham tersebut yang paling porspektif di tahun depan adalah TKIM. Sebab PER TKIM masih 6 kali dan memiliki fundamental yang cukup baik.

"PER TKIM murah dibandingkan dengan PER industrinya yang rata-rata 16 kali dan sektornya 32 kali, selain itu TKIM pendapatan banyak berasal dari kegiatan ekspor yang artinya menghasilkan dollar. Lalu ada kebijakan pembatasan impor, itu artinya TKIM selain meningkatkan ekspor juga dapat meningkat porsi pada penjualan di domestik," jelasnya.

Dengan demikian, Sukarno merekomendasikan buy TKIM untuk tahun depan, dengan target harga secara bertahap Rp 14.450-Rp 15.950 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×