kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Amerika terseret polemik Powell dan shutdown, dampak ke IHSG mini


Minggu, 23 Desember 2018 / 20:56 WIB
Amerika terseret polemik Powell dan shutdown, dampak ke IHSG mini
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia


Reporter: Yoliawan H | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonomi negeri Paman Sam sepertinya sedang terpapar polemik yang sedang terjadi terkait isu pencopotan Gubernur Federal Reserve Jerome Powell serta adanya penutupan pemerintahan atau shut down di akhir pekan ini.

Berdasarkan data RTI, terpantau Dow Jones indeks melemah hingga 1,81% ke level 22.445. Kendati demikian, efek sentimen global tersebut dirasa tidak akan bepengaruh banyak terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG). Pasalnya window dressing masih akan menyelimuti indeks dalam negeri.

Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan, sentimen global terutama polemik yang sedang terjadi di Amerika Serikat sangat mungkin mempengaruhi bursa saham Asia termasuk IHSG. Namun dampaknya belum akan terlalu besar.

“Tapi bisa juga tidak berpengaruh dengan asumsi para pelaku pasar dan pengelola dana terus melakukan aksi beli agar terjadi window dressing. Saham-saham big caps masih menjadi pilihan jika itu terjadi,” ujar Reza kepada Kontan.co.id, Minggu (23/12).

Menurut Reza, momen penguatan IHSG memang sudah mulai berkurang. Apalagi hanya tersisa tiga hari perdagangan. Sentimen global juga kurang mendukung. Namun potensi sebaliknya justru bisa muncul dimana IHSG mengesampingkan semua hal tersebut dan bergerak ke atas seperti yang terjadi di tahun lalu.

“Saat itu, posisi IHSG di level 6.030-6.050 di awal Desember dan akhirnya ditutup di level 6.355 di akhir tahun. Sekitar 300 poin peningkatan terjadi di bulan Desember,” ujar Reza.

Menurut dia, di akhir tahun ini tekanan jual masih ada. Perkiraan, IHSG bisa mencapai 6.174-6.217 sudah cukup bagus. Laju IHSG di Desember ini lebih lambat dari Desember tahun lalu. Profit taking juga masih akan hadir di awal tahun 2019.

Senada, Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee menilai, sebenarnya kebijakan Powell tersebut menegaskan bahwa kenaikan suku bunga acuan The Fed adalah kenaikan penutup di tahun ini dan tahun depan tidak akan seagresif tahun ini. Bursa merespon positif.

Terkiat konflik yang terjadi, pasca respon positif pelaku pasar karena sesuai ekspektasi dan aksi window dressing, tidak akan terlalu banyak berpengaruh kepada IHSG.

“Dampaknya IHSG akan fluktuasi sedikit. Namun, window dressing sudah menutup sentimen negatif di awal jadi IHSG akan lebih defensif. Jika bursa Amerika akan konsolidasi itu wajar,” ujar Hans.

Hans memperkirakan, IHSG akan ditutup di level 6.100-6.200. Pun pada pergerakan awal Januari 2019 retang pergerakan tidak akan jauh dari level itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×