Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Tendi Mahadi
Perkiraan laba bersih tahun 2024 -2025 juga direvisi masing-masing menjadi Rp 2,9 triliun dan Rp 3,2 triliun dari sebelumnya Rp 2,2 triliun dan 2,5 triliun. Proyeksi tersebut berdasarkan ekspektasi penyelesaian jalan tol Cinere-Serpong seksi 2 yang dapat mendongkrak pendapatan jalan tol JSMR, serta pengelolaan yang terkendali dari rasio gearing (<2,2x) dan WACD.
Kharel melihat adanya rencana perampungan divestasi Jasamarga Transjawa Toll (JTT) di tahun depan dapat mempertebal pemasukan JSMR. Manajemen JSMR memperkirakan divestasi JTT akan selesai pada semester I 2024.
Dengan asumsi JSMR mendivestasikan 30% kepemilikan JTT dengan valuasi 2x Price to Book Value (PBV), maka hal ini bisa menghasilkan dana segar sekitar Rp 13 triliun.
JSMR utamanya akan menggunakan hasil divestasi tersebut untuk penghapusan hutang. Manajemen Jasa Marga memperkirakan perusahaan dapat mengurangi utangnya sebesar Rp Rp 7 triliun atau setara untuk biaya pembiayaan (finance costs) sebesar Rp 500 miliar, dengan asumsi 7% WACD.
Dengan berbagai pertimbangan yang telah disebutkan, Kharel dan Alberto mempertahankan rekomendasi Beli untuk JSMR dan menaikkan target harga menjadi Rp 5.500 per saham dari sebelumnya Rp 4.270 per saham.
Pertimbangan dalam rekomendasi tersebut yaitu JSMR berfungsi sebagai proksi terhadap saham-saham yang sensitif terhadap suku bunga dengan prospek pertumbuhan pendapatan yang kuat, serta belanja modal dan rasio gearing yang terkendali.
Namun tetap waspadai risiko negatif dari belanja belanja modal yang lebih tinggi dari perkiraan dan tingkat WACD. Volume lalu lintas jalan tol yang lebih rendah dari perkiraan dan juga intervensi pemerintah seperti memberikan diskon tarif jalan tol.
Selain itu, meningkatnya kasus Covid-19 baru-baru ini berpotensi menyebabkan pemerintah menerapkan kembali kebijakan pembatasan sosial.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News