kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.526.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

Tren Penurunan Minat di Pasar Primer Obligasi Masih Akan Berlanjut


Selasa, 08 Februari 2022 / 19:47 WIB
Tren Penurunan Minat di Pasar Primer Obligasi Masih Akan Berlanjut
ILUSTRASI. Sepanjang 2022 jumlah peminat pada lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) terus menurun.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang 2022 jumlah peminat pada lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) terus menurun. Mengawali tahun ini, lelang SBSN perdana yang digelar pada 11 Januari berhasil mendapatkan penawaran hingga Rp 55,35 triliun. 

Namun, dua pekan berikutnya, pada 25 Januari jumlah penawaran yang masuk susut menjadi Rp 38,29 triliun. Teranyar, pada lelang kali hari ini, jumlah penawaran yang masuk bahkan hanya Rp 29,39 triliun.

Senior Economist Samuel Sekuritas Fikri C Permana mengungkapkan, tren penurunan jumlah penawaran tersebut berpotensi masih akan terus berlanjut ke depan mengingat ketidakpastian yang masih ada di pasar. Kendati begitu, dia menilai kondisi ini tidak akan seburuk di kala periode awal pandemi yang membuat pemerintah kesulitan mencapai target indikatif yang ditetapkan. Hal tersebut lantas membuat pemerintah harus mengadakan private placement guna memenuhi pembiayaan. 

Baca Juga: Ketidakpastian Meningkat, Jumlah Penawaran Masuk Pada Lelang SBSN Turun

Menurut Fikri, kemungkinan pemerintah menggelar private placement masih kecil. Terlebih saat ini pemerintah masih punya opsi untuk menerbitkan global bond alih-alih melakukan private placement. Ia meyakini, private placement adalah opsi terakhir yang bisa diambil pemerintah dalam kondisi saat ini.

“Ini bisa terlihat dari yield pada lelang kali ini yang masih naik walaupun permintaan turun, setidaknya ini menandakan investor masih punya risk appetite. Hanya saja, karena ketidakpastian meningkat, akhirnya permintaan pun turun,” jelas Fikri ketika dihubungi Kontan.co.id, Selasa (8/2).

Fikri menjelaskan, saat ini investor cenderung berhati-hati lantaran pada pekan lalu bank sentral Inggris sudah menaikkan suku bunga acuan. Hal ini menambah ekspektasi pasar bahwa The Fed dan Bank Indonesia juga akan menaikkan suku bunga acuan. Dus, investor pun menahan diri untuk masuk ke pasar primer.

Baca Juga: Penawaran Masuk Pada Lelang Sukuk Negara Mencapai Rp 29,39 Triliun

Ia memperkirakan, hasil lelang SBSN maupun SBN berpotensi masih akan turun sampai suku bunga acuan akhirnya telah dinaikkan berbagai bank sentral. Ketika hal tersebut terjadi dan pasar sudah mulai priced ini, dengan sendirinya permintaan terhadap SBSN dan SBN akan mulai pulih kembali.

Oleh karena itu, untuk dalam jangka pendek, seri-seri bertenor pendek akan jadi pilihan para investor. Adapun, pada lelang kali ini, seri SPNS 09082022 yang jatuh tempo pada 9 Agustus 2022 memang menjadi yang paling banyak diburu dengan jumlah penawaran masuk mencapai Rp 14.48 triliun.

“Ini karena para investor sedang hindari risiko, dan di satu sisi tidak mau kehilangan momentum. Alhasil strategi investasinya beralih ke tenor pendek terlebih dahulu karena yield berpotensi melemah, ketika yield stabil dan mulai menguat setelah sentimen kenaikan suku bunga priced in, barulah kembali ke tenor menengah dan panjang,” tutup Fikri.

Baca Juga: Lelang SBSN, Selasa (8/2) Berpotensi Mendapat Penawaran Hingga Rp 40 Triliun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×