kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ketidakpastian Meningkat, Jumlah Penawaran Masuk Pada Lelang SBSN Turun


Selasa, 08 Februari 2022 / 18:45 WIB
Ketidakpastian Meningkat, Jumlah Penawaran Masuk Pada Lelang SBSN Turun
ILUSTRASI. Pemerintah menyerap jumlah penawaran yang masuk sesuai dengan target indikatif yang ditetapkan, yakni Rp 11 triliun.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah kembali menggelar lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau sukuk negara pada hari ini, Selasa (8/2). Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan jumlah penawaran yang masuk pada lelang kali ini sebesar Rp 29,39 triliun.

Jumlah tersebut turun jika dibandingkan dengan lelang SBSN sebelumnya, Selasa (25/1). Pada lelang tersebut, jumlah penawaran yang masuk mencapai Rp 38,29 triliun. Kendati begitu, pemerintah masih bisa menyerap jumlah penawaran yang masuk sesuai dengan target indikatif yang ditetapkan, yakni Rp 11 triliun.

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengungkapkan, turunnya minat pada lelang kali ini tidak terlepas dari sikap para investor yang wait and see. Hal ini seiring dengan meningkatnya ketidakpastian di pasar global maupun domestik. 

Baca Juga: Penawaran Masuk Pada Lelang Sukuk Negara Mencapai Rp 29,39 Triliun

Dari pasar global, dengan ekspektasi kenaikan suku bunga acuan yang sudah di depan mata membuat yield US Treasury menguat. Hal ini pada akhirnya membuat yield SBN ikut tertekan. Sementara dari domestik, meningkatnya kasus Covid-19 dalam beberapa hari terakhir sehingga membuat pemerintah kembali memberlakukan PPKM turut menjadi sentimen negatif.

“Dengan yield SBN yang mengalami pelemahan, alhasil harga SBN menjadi turun. Walaupun likuiditas domestik masih berlimpah, pasar pun cenderung berhati-hati,” kata Ramdhan kepada Kontan.co.id, Selasa (8/2).

Ramdhan meyakini sikap investor yang wait and see ini masih akan terus berlanjut secara jangka pendek. Alhasil, tidak menutup kemungkinan hasil lelang SBSN maupun SBN berikutnya masih akan kurang diminati investor.

Kendati begitu, dia menilai, kondisi ini masih cukup terkendali dan tidak akan membuat pasar SBN dijauhi layaknya ketika awal penyebaran pandemi. Menurutnya, walaupun peminat turun, pemerintah tidak akan kesulitan untuk mencapai target indikatif dan harus melakukan private placement.

Baca Juga: Lelang SBSN, Selasa (8/2) Berpotensi Mendapat Penawaran Hingga Rp 40 Triliun

“Kondisinya jauh berbeda, saat itu likuiditas belum sebanyak sekarang, lalu porsi asing juga cukup besar sehingga keluarnya investor asing buat yield melemah tajam. Sekarang kan yield SBN 10 tahun saja belum ke 6,5%, artinya pelemahan masih terkendali,” imbuh Ramdhan.

Lebih lanjut, Ramdhan memperkirakan agar minat terhadap SBSN maupun SBN naik lagi, kedua faktor yang telah ia sebutkan harus terselesaikan. Untuk ketidakpastian global, artinya harus menunggu kenaikan suku bunga terjadi dahulu agar pasar bisa priced in dan kembali stabil. Sementara untuk dari dalam negeri, kasus Covid-19 harus bisa dikendalikan dan pemberlakuan PPKM tidak berkepanjangan.

Menurutnya, saat ini pasar sedang menjauhi segala risiko dari ketidakpastian. Hal ini tercermin dari seri bertenor pendek yang jadi incaran peserta lelang. Adapun, pada lelang kali ini, seri SPNS 09082022 yang jatuh tempo pada 9 Agustus 2022 menjadi yang paling banyak diburu dengan jumlah penawaran masuk mencapai Rp 14.48 triliun.

“Seri SPNS ini kan punya volatilitas dan risiko lebih rendah. Jadi kelompok perbankan masih memburu seri ini untuk menyalurkan likuiditas, tetapi sembari menghindari risiko ketidakpastian dan potensi pelemahan yield ke depan,” tutup Ramdhan.

Baca Juga: Kenaikan Yield dan Penurunan Harga Obligasi Bayangi Reksadana Pendapatan Tetap

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×