Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Tren konsumsi produk rokok mulai bergeser. Hal ini setidaknya dirasakan oleh PT HM Sampoerna Tbk (HMSP).
Ini terlihat dari volume penjualan sigaret rokok mesin (SKM) HMSP yang hanya mengalami penurunan tipis turun 1,7% yoy menjadi 16,7 miliar batang.
Sementara, volume penjualan sigaret putih mesin (SPM) turun sekitar 10% yoy menjadi 3,5 miliar batang. Sigaret kretek tangan (SKT) lebih parah lagi, turunnya 14% yoy menjadi 4,8 miliar.
Namun dari segi segmen, pangsa pasar HMSP atas produk SKT justru naik 0,2% yoy dan 1% qoq menjadi 30%. Sementara, SKT justru turun 1,7% yoy menjadi sekitar 39%, dan SPM yang turun 1% yoy menjadi 79,7%.
Manajer Senior Philip Morris International Inc (PMI) Paul Janelle bilang, ada banyak faktor yang memicu penurunan ini. Salah satunya adalah, soal kenaikan cukai yang membuat harga rokok mau tidak mau naik.
"Tapi, (penurunan volume penjualan) ini juga lebih ke masalah preferensi konsumer," ujar Paul, Jumat (18/11). Banyak konsumen yang saat ini menghisap rokok kretek filter.
Meski sedang turun, setidaknya, HMSP masih mampu menjaga pangsa pasarnya. Secara keseluruhan, HMSP menguasai pangsa pasar 34,7% pasar rokok nasional, naik 0,5% qoq meski secara yoy mencatat penurunan tipis, 0,4%.
Tahun depan manajemen juga masih optimistis atas laju bisnisnya. Resiko tekanan kurs yang selama ini memang masih jadi momok, tapi operasional bisnis HMSP dominan dengan kurs rupiah.
Bahan baku tembakau dibeli dengan kurs rupiah. "Jadi, (transaksi) kegiatan bisnis kami murni dengan rupiah," pungkas Paul.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News