Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Yudho Winarto
Baca Juga: Sempat anjlok kemarin, harga minyak kembali bangkit di awal perdagangan hari ini
Namun, meskipun ancaman tersebut bisa menekan harga minyak, ada beberapa sentimen yang diyakini mampu menahan tekanan pada harga minyak saat ini. Di antaranya, kebijakan OPEC untuk mengurangi produksi mampu menahan pelemahan harga minyak.
Selain itu, Wahyu mengatakan angka produksi cenderung melemah, meskipun Energy Information Administration (EIA) sempat mengeluarkan pernyataan bahwa pihaknya bakal meningkatkan produksi ke depan.
Hal tersebut tampak dari melambatnya aktivitas pengeboran di beberapa tambang minyak. "Bahkan, jika produksi bertambah, pangsa ekspor masih bagus, sehingga masih ada alasan bagi harga minyak terjaga," jelasnya.
Sebagaimana diketahui, harga minyak sempat melonjak seiring dengan rencana pemangkasan produksi dari negara-negara pengekspor minyak (OPEC).
Baca Juga: Terkena tumpahan minyak, 1.636,25 Ha tambak di Karawang ikut terdampak
Selain itu, ketegangan geopolitik Iran dan tren pelonggaran moneter yang bakal dilakukan beberapa bank sentral dunia, khususnya The Federal Reserve (The Fed) sempat memberikan sentimen positif dan mendorong harga minyak naik.
Namun, kecemasan pelaku pasar akan perlambatan ekonomi global yang bakal diakibatkan sentimen perang dagang antara AS dan China dianggap cukup mengganggu pergerakan harga minyak.
Wahyu menilai, saat ini pasar cenderung pesimis terhadap prospek harga minyak, khususnya adanya risiko resesi global yang dianggap mampu menekan permintaan akan minyak.
Meskipun begitu, ketegangan geopolitik antara AS dengan Iran diprediksi bakal selesai dalam waktu dekat, dengan kemungkinan Iran bisa mengekspor lebih banyak minyak ke depannya.