Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren suku bunga diprediksi bakal naik seiring keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed mengerek suku bunga. Potensi kenaikan bunga ini juga akan mempengaruhi kinerja reksadana.
Sejauh ini, kepercayaan investor asing maupun lokal terhadap pemulihan ekonomi Indonesia masih tinggi. Infovesta Utama menyebut, faktor-faktor pendorong kepercayaan investor tersebut di antaranya kebijakan pemerintah dalam penanganan Covid-19, cadangan devisa yang masih terjaga, angka inflasi sesuai perkiraan dan stabilnya nilai tukar rupiah di level Rp 14.360 per dollar AS.
Faktor pendorong lainnya adalah terjadinya lonjakan harga komoditas sehingga menyebabkan harga saham di sektor batubara mengalami penguatan akibat konflik Rusia-Ukraina. Selain itu, tercatat akumulasi net buy yang terjadi sepanjang tahun 2022 mengindikasikan pasar saham masih ada potensi menguat dan menarik bagi investor.
Namun di kondisi berbeda, Infovesta Utama melihat tekanan pada pasar obligasi Indonesia kuartal II-2022 berpotensi lebih besar karena adanya ekspektasi kenaikan inflasi imbas mudik Lebaran. Selain itu, potensi tekanan lainnya adalah kenaikan suku bunga secara bertahap oleh BI sebagai respons atas tindakan The Fed yang semakin agresif dalam menaikkan suku bunga.
“Namun kami melihat bahwa dalam jangka panjang pasar obligasi dapat berpotensi untuk kembali menguat, mengingat masih tingginya likuiditas dan minat investor di pasar obligasi, dan juga yield SBN yang sudah kembali atraktif di kisaran 6.7% - 6.8%,” tulis Infovesta Utama dalam riset mingguannya, Senin (11/4).
Baca Juga: Mau Simpan Dana Darurat di Reksa Dana? Ini Keuntungan dan Caranya
Dengan memperhatikan fakta-fakta yang berkembang di pasar, Infovesta Utama meyakini, reksadana saham masih akan jadi alternatif investasi yang patut dipertimbangkan karena potensi pasar saham yang masih akan tumbuh.
Namun posisi IHSG yang saat ini sedang dalam level tertinggi membuat investor perlu lebih berhati-hati dalam menempatkan dananya mengingat potensi untuk terjadi aksi profit taking saat ini sudah cukup besar.
Sementara itu, reksadana yang berbasis pendapatan tetap dinilai masih berpotensi untuk tertekan sehubungan dengan adanya wacana kenaikan suku bunga acuan. Alhasil, investor untuk sementara disarankan untuk menghindari jenis reksadana ini.
“Alternatif lainnya, investor bisa menempatkan dana pada reksadana pasar uang sembari menanti kejelasan dari perkembangan pasar,” sebut Infovesta Utama.
Baca Juga: IHSG Pecah Rekor, Kinerja Reksadana Saham Jadi yang Terbaik di Pekan Lalu
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News