kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Transaksi SUN tenor panjang makin ramai


Kamis, 08 Juni 2017 / 10:00 WIB
Transaksi SUN tenor panjang makin ramai


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Peringkat investment grade yang disematkan Standard & Poor's (S&P) terhadap Indonesia bulan lalu membuat investor lebih percaya diri berinvestasi di surat berharga negara (SBN). Ini terlihat dari transaksi SBN di pasar sekunder pada bulan Mei 2017 yang didominasi seri bertenor panjang.

Merujuk data Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), sepanjang Mei 2017, total volume transaksi SBN mencapai Rp 271,34 triliun. Rata-rata volume transaksi harian mencapai Rp 13,62 triliun. Sedangkan rata-rata frekuensi perdagangan harian 761 kali.

Dari data tersebut, surat utang negara (SUN) seri FR0072 bertenor 20 tahun mencatatkan nilai transaksi terbesar, yakni Rp 36,65 triliun. Seri tersebut juga menjadi SUN yang paling sering ditransaksikan, yakni sebanyak 2.416 kali (lihat tabel).

Analis Fixed Income MNC Securities I Made Adi Saputra menyebut, SUN seri FR0072 menjadi obligasi teraktif sepanjang Mei karena efek kenaikan peringkat utang Indonesia ke level layak investasi atau investment grade dari S&P. Imbas sentimen ini adalah yield obligasi bertenor 1-10 tahun turun mendekati 7%. Bahkan sempat turun sedikit di bawah 7%, kata Made, kemarin.

Sementara, kini yield obligasi dengan tenor yang lebih panjang masih sekitar 7,6%7,8%. Artinya investor ingin mencari yield yang lebih tinggi dan hal itu ada di seri FR0072 yang bertenor lebih panjang, kata Made. Ini menunjukkan bahwa kini investor lebih percaya diri berinvestasi pada SUN dengan tenor panjang.

Sementara itu, total volume perdagangan SBN periode Januari hingga 31 Mei 2017, mencapai Rp 1.334,26 triliun. Rata-rata volume transaksi harian sebesar Rp 13,48 triliun dan rata-rata frekuensi harian 781 kali.

Sejak awal tahun, analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Lili Indarli mengatakan, seri benchmark bertenor panjang 10-19 tahun paling aktif diperdagangkan. Performa positif juga ditunjukkan seri tenor tersebut, kata Lili pada KONTAN, Rabu (7/6).

Menurutnya, sentimen positif lebih banyak datang dari dalam negeri. Memang, suku bunga The Fed sempat naik 25 basis poin menjadi 0,75%-1% pada Maret lalu. Tapi kenaikan tersebut sudah diantisipasi oleh pelaku pasar.

Ke depan, Made melihat volatilitas pasar obligasi akan dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi nasional. Kini pelaku pasar membutuhkan katalis baru berupa data ekonomi domestik setelah sentimen kenaikan rating S&P mereda. Seiring dengan hal itu, ke depan tenor panjang masih jadi pilihan, kata Made.

Namun, bila data dalam negeri tidak sesuai ekspektasi, yield SUN tidak turun atau flat. Hingga akhir tahun, Made memprediksi yield SUN tenor lima tahun 6,5% dan tenor 10 tahun sebesar 7%. Sedangkan yield SUN tenor 20 bisa mencapai 7,6%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×