Reporter: Emma Ratna Fury, Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Mayoritas gerai penukaran uang (money changer) tampak ramai akhir-akhir ini. Sejak rupiah melemah, transaksi valas naik. Banyak orang melepas dollar AS ke money changer untuk menikmati untung dari selisih (spread) kurs.
Sebagian lain memborong dollar AS lantaran tak mendapatkannya di konter bank. Ketua Umum Asosiasi Pedagang Valuta Asing (PVA), Idrus Muhammad, mengatakan, sejak rupiah melemah, transaksi di money changer meningkat 40%-50%. Peningkatan aktivitas penjualan dollar terasa dua pekan terakhir.
Meski terus menguat, tidak semua pemegang valas langsung mengonversikan dollar. "Sekarang pelaku semakin bijak. Dulu ketika rupiah terdepresiasi orang hobi memborong dollar sehingga nilai tukar rupiah semakin melemah," ujar Idrus, yang juga CEO Inter Kinan Pratama Money Changer, kemarin.
Direktur Peniti Money Changer, Bong Thiam Kim, mengakui transaksi gerai kelolaannya meningkat. Namun, lonjakan itu belum sampai membuat Peniti kekurangan pasokan valas. Sebab, transaksi jual-beli dollar masih seimbang. "Rata-rata kami mengelola transaksi Rp 5 miliar-Rp 7 miliar per hari," ujarnya.
Bong menambahkan, kebanyakan nasabahnya merupakan limpahan dari bank yang tak bisa menukarkan dollar karena konter sudah tutup. Maklum, konter bank tutup pukul 15.00 setiap hari, sementara money changer beroperasi hingga malam hari. Banyak orang memilih money changer sebagai pilihan bertransaksi valas. Maklum, rate di money changer acap berani membeli lebih tinggi dan menjual lebih murah valas ketimbang di bank.
Lihat saja, Peniti Money Changer. Perusahaan penukaran uang asing ini berani membeli valas di Rp 11.300 per dollar. Sementara banyak bank masih membeli dollar milik nasabah di bawah Rp 11.000 per dollar AS. Tapi, ada juga, lo, bank yang berani membeli dollar dengan harga tinggi. Pengamatan KONTAN, dari 12 bank pemain utama bisnis valas, empat bank berani membeli dollar dengan harga tinggi.
Kemarin (26/8), Bank Internasional Indonesia (BII), misalnya, membeli Rp 11.150 per dollar. CIMB Niaga memasang kurs beli Rp 11.000 per dollar, BNI di Rp 10.995 dan Bank Mandiri di Rp 10.983 per dollar AS (lihat tabel).
Sementara jika Anda membutuhkan dollar, silakan mendatangi bank yang memiliki kurs jual paling rendah. Sebut saja Bank Mandiri yang melepas dollar di harga Rp 11.297, Bukopin di posisi Rp 11.300 dan Bank Panin di harga Rp 11.370 per dollar (harga per 26 Agustus 2013).
Direktur Treasury dan Manajemen Aset Bank Mandiri, Royke Tumilar, mengatakan pelemahan rupiah terhadap dollar menaikkan jual-beli valas. Kini rata-rata transaksi valas mencapai US$ 5 miliar-US$ 6 miliar per bulan.
"Saat ini transaksi jual dan beli seimbang," ujarnya, kemarin. Royke bilang, sebagian besar nasabah yang bertransaksi valas adalah nasabah korporasi. Sementara transaksi nasabah ritel hanya 10%-20% dari total transaksi.
Menurut Head of Sales Bank OCBC NISP, Novel Luciana, mayoritas pembeli dollar di bank adalah importir. Sementara nasabah ritel banyak melakukan aktivitas jual dollar untuk merealisasikan keuntungan dari pelemahan nilai tukar. "Tetapi jumlahnya tidak banyak," ujarnya.
(ilustrasi foto: www.shutterstock.com)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News