Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Pada transaksi akhir pekan lalu, Jumat (8/11), harga emas dunia tampak tertekan. Bahkan harga emas sempat anjlok ke level terendahnya dalam tiga bulan terakhir.
Data yang dihimpun Bloomberg menunjukkan, harga emas spot ditutup dengan penurunan 0,65% menjadi US$ 1.459,00 per ons troi.
Adapun harga kontrak emas berjangka untuk pengiriman Desember turun 0,24% dari sesi sebelumnya ke posisi US$ 1.462,90 per ons troy.
Baca Juga: Harga emas Antam turun lagi Rp 4.000 akhir pekan ini
Dengan demikian, harga emas sudah anjlok 3,2% di sepanjang pekan lalu. Ini merupakan penurunan pertama dalam empat pekan dan merupakan penurunan mingguan terdalam sepanjang lebih dari dua tahun terakhir.
Perkembangan yang positif atas kesepakatan dagang AS-China memudarkan pesona emas sebagai safe-haven. Sebaliknya, aset-aset berisiko menjadi incaran para investor.
Baca Juga: Tiga Indeks Utama Wall Street Positif, Pasar Optimis Lagi
"Kami melihat terjadinya reli di market yang berisiko tinggi. Dollar menguat dan pasar saham mencapai rekor tertingginya. Ada porsi emas penempatan posisi jangka panjang yang terbangun dalam beberapa bulan terakhir dan kami melihat hal itu mulai dilikuidasi," jelas Ryan McKay, analis komoditas di TD Securities kepada Reuters.
Dia juga menambahkan, "Kami melihat tingginya optimisme dalam hal perdagangan, banyak sekali berita seperti adanya potensi penarikan kembali tarif dan kesepakatan China, yang menjadi faktor utama untuk pertumbuhan ekonomi di sepanjang tahun lalu."
Sementara itu, juru bicara Gedung Putih mengatakan, tarf dapat ditarik jika kesepakatan dagang AS-China bisa dicapai. Sayangnya, tidak ada penjelasan lebih detil mengenai hal ini.
Baca Juga: Harga emas Antam ambles, bahkan yang beli di Februari masih rugi
Kendati demikian, ketidakpastian mengenai kesepakatan dagang, mendorong Presiden AS Donald Trump pada Jumat lalu mengatakan dirinya tidak setuju untuk menarik kembali tarif terhadap China.
"Kita melakukan trading dengan didasari banyak sekali spekulasi saat ini dan tidak ada bukti yang solid atau apapun yang spesifik," papar Craig Erlam, OANDA senior market analyst seperti yang dikutip Reuters.
Perang dagang merupakan satu dari alasan utama, yang dipertimbangkan sebagai aset yang aman saat terjadi ketidakpastian ekonomi dan politik. Sepanjang tahun ini, harga si kuning mentereng sudah melonjak hingga 14%.
Baca Juga: Musim Gugur, Harga Emas Hari Ini Kembali Cetak Rekor Terendah Baru
Di sisi lain, emas juga mendapatkan keuntungan dari kebijakan moneter yang dovish oleh bank sentral global. Namun, analis bilang, keputusan The Fed baru-baru ini untuk menahan suku bunga acuannya hingga ekonomi melambat, memberatkan langkah emas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News