Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
SINGAPURA. Para trader dan analis emas saat ini tengah gamang. Mereka bingung menentukan apakah harga emas akan melanjutkan penurunan setelah anjlok ke level termurah dalam 33 tahun terakhir. Sebab, murahnya harga emas memicu aksi beli si kuning mentereng oleh investor dan pedagang perhiasan.
Hasil survei Bloomberg menunjukkan, 15 analis memprediksi harga emas akan naik pada pekan depan. Sementara, 14 analis lainnya masih bearish terhadap emas. Lima analis memilih netral.
Sekadar informasi, harga emas terjungkal hingga 13% dalam dua sesi yang berakhir 15 April lalu. Dapat dikatakan, penurunan ini merupakan yang terbesar dalam 33 tahun terakhir. salah satu pemicunya adalah kecemasan pelaku pasar bahwa pemerintah Eropa akan mengikuti langkah Siprus dalam menjual cadangan emas mereka. Ditambah lagi, perlambatan ekonomi China memicu penurunan seluruh harga komoditas.
Meski demikian, dalam tiga hari belakangan, harga emas sudah rebound sebesar 2% di Comex, New York.
Rupanya, harga emas yang murah menyebabkan emas diborong di pasar Asia. Menurut Bombay Association Ltd, pembelian emas di India diprediksi akan melonjak hingga 36% hingga Juni mendatang dibanding tahun sebelumnya.
Tidak hanya di India, kondisi serupa juga terjadi di Australia. Perth Mint pada 17 April lalu menyatakan, tingkat penjualan emas mereka melonjak dua kali lipat ketimbang pekan lalu.
Sementara itu, Goldman Sachs memprediksi, harga emas akan menyentuh level US$ 1.390 per troy ounce di Comex, New York dalam 12 bulan ke depan. Menurut Jeffrey Currie, research head global commodities Goldman, target harga emas pada akhir tahun 2014 adalah US$ 1.270 per troy ounce.
Sementara, Societe Generale pada 2 April lalu bilang, harga emas akan melorot hingga ke posisi US$ 1.375 per troy ounce pada akhir tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News