Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sinyal kuat penurunan suku bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate (BI 7DRRR) pada Kamis, (24/10), meramaikan pasar lelang surat utang negara (SUN), Selasa (22/10).
Mengutip data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, jumlah penawaran yang masuk mencapai Rp 73,86 triliun atau naik Rp 25 triliun dari lelang dua pekan sebelumnya di Rp 48,01 triliun. Head of Fixed Income Fund Manager Prospera Asset Management Eric Sutedja mengatakan, ekspektasi pasar bahwa BI7DRRR akan turun lagi menjadi daya tarik mereka memburu SUN.
Dalam lelang kali ini terlihat, pemerintah cenderung memenangkan yield di level rendah dari penawaran yield pasar. Menurut Eric, hal tersebut terjadi karena target penerbitan surat utang pemerintah sudah mencapai 90% di tahun ini. Akibatnya, pemerintah memiliki daya tawar tinggi di pasar. "Kebutuhan penerbitan utang sampai akhir tahun sudah hampir terpenuhi," kata Eric, Selasa (22/10).
Baca Juga: Ekonom ini memproyeksi yield SUN tenor 10 tahun tak akan lebih dari 6,5% pada 2020
Meski target penerbitan surat utang hampir tercapai, pemerintah menyerap Rp 27 triliun, lebih banyak dari target indikatif yang sebesar Rp 15 triliun. Jumlah tersebut juga lebih banyak dari jumlah penyerapan di lelang dua pekan lalu yang sebesar Rp 23,8 triliun.
Tenor pendek masih mendominasi permintaan dibanding dengan tenor panjang. Tercatat, seri FR0082 bertenor 10 tahun peroleh penawaran terbanyak sebesar Rp 19,26 triliun.
Penawaran terbesar kedua diperoleh seri FR0081 dengan jumlah Rp 17,70 triliun bagi seri tenor lima tahun ini.
Selanjutnya, investor juga memburu seri SPN03200123 dan SPN12200703 yang masing-masing menerima penawaran masuk sebesar Rp 11,91 triliun dan Rp 12,32 triliun.
Baca Juga: Maksimal penerbitan SUN tahun 2020 sebesar Rp 250 triliun
Sementara, seri tenor 15 tahun, yaitu FR0080 hanya menerima penawaran sebesar Rp 4,84 triliun. Seri FR0079 bertenor 20 tahun juga hanya menerima penawaran masuk Rp 4,44 triliun. Penawaran masuk paling kecil diterima seri FR0076 bertenor 29 tahun, yaitu Rp 3,38 triliun.
Eric menjelaskan, secara teori tenor pendek akan lebih diminati jika ada ekspektasi penurunan suku bunga di masa mendatang. Sementara tenor panjang lebih diminati jika ada ekspektasi perbaikan pertumbuhan ekonomi secara jangka panjang. "Jadi karena tenor pendek lebih diminati, investor ekspektasi akan ada BI cut rate," kata Eric.
Lelang ke depan Eric proyeksikan akan terus ramai karena nilai tukar rupiah kini cenderung menguat. Apalagi ekspektasi penurunan suku bunga Fed Fund Rate dan BI7DRRR sudah di depan mata.
Baca Juga: Arah Pasar Obligasi Tergantung Rapat BI premium
Pengamat pasar modal Siswa Rizali mengatakan, di tengah ekspektasi perlambatan pertumbuhan ekonomi global, investor asing akan lebih gencar memburu surat utang. "Ekonomi global lesu, asing lebih masuk ke surat utang di emerging market dengan fundamental dan likuiditas terbaik, untungnya Indonesia termasuk," kata Siswa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News