kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ekonom ini memproyeksi yield SUN tenor 10 tahun tak akan lebih dari 6,5% pada 2020


Selasa, 22 Oktober 2019 / 11:12 WIB
Ekonom ini memproyeksi yield SUN tenor 10 tahun tak akan lebih dari 6,5% pada 2020
ILUSTRASI. Ilustrasi obligasi atau surat utang.


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gejolak Ekonomi global membuat beberapa bank sentral menurunkan suku bunganya guna menstimulus pertumbuhan ekonomi. Sebut saja European Sentral Bank (ECB) dan The Federal Reserve yang sudah memangkas suku bunga acuannya beberapa hari lalu sehingga memengaruhi yield surat utang mereka.

Setali tiga uang, tren global tersebut berimbas kepada Bank Indonesia (BI) yang juga menurunkan suku bunga acuan. Sehingga yield Surat Utang Negara (SUN) beberapa kali mulai melunak. 

Head of Businees Development Division Henan Putihrai Asset Management Reza Fahmi memproyeksi tren tersebut akan berlanjut sampai tahun depan karena masih ada potensi sentimen global serta domestik. 

Baca Juga: Maksimal penerbitan SUN tahun 2020 sebesar Rp 250 triliun

Menurutnya yield SUN tenor10 tahun tidak akan lebih dari 6,5% di tahun 2020.

Outlook kinerja SUN seiring dengan BI rate yang turun, maka seharusnya yield SUN jangka pendek yang akan di terbitkan tahun depan tidak akan lebih dari 6,5% per tahun,” kata Reza kepada Kontan.co.id, Senin (21/10).

Menurut Reza, kinerja SUN tergantung dari defisit anggaran terhadap produk domestik bruto (PDB). Jika defisitnya rendah atau cenderung surplus maka investor akan berinvestasi di SUN ditambah penurunan suku bunga BI sehingga yield SUN masih terlihat menarik.

Pemerintah memproyeksi tahun depan defisit anggaran berada di level 1,79% terhadap PDB. 

Hal tersebut diyakini oleh Reza karena di tahun depan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk pembangunan infrastruktur lebih kecil dari periode pertama Presiden Joko Widodo sehingga impor akan ditekan dan ekspor akan dikencangkan.

Dus, volume SUN akan disesuaikan dengan kebutuhan pemerintah, dan penerbitan obligasi valas akan memancing hot money masuk ke Indonesia, untuk ikut membiayai anggaran pemerintah.

Baca Juga: Ini strategi pemerintah menutup defisit anggaran lewat SUN pada 2020

Meski demikian, Reza memandang tantangan pemerintah tahun 2020 adalah harus tetap menjaga stabilitas rupiah, dan mendorong ekspor serta menggenjot konsumsi domestik agar surat utang pemerintah makin menggiurkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×