CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.348.000   -16.000   -0,68%
  • USD/IDR 16.725   -32,00   -0,19%
  • IDX 8.414   -5,56   -0,07%
  • KOMPAS100 1.163   -1,38   -0,12%
  • LQ45 846   -2,34   -0,28%
  • ISSI 294   -0,29   -0,10%
  • IDX30 440   -1,80   -0,41%
  • IDXHIDIV20 510   -4,13   -0,80%
  • IDX80 131   -0,28   -0,21%
  • IDXV30 135   -0,09   -0,06%
  • IDXQ30 141   -1,39   -0,98%

Tossin Himawan: Investor agresif yang tak gegabah


Sabtu, 11 Mei 2013 / 09:12 WIB
ILUSTRASI. Ada beberapa cara untuk mengurus kartu BPJS Kesehatan yang hilang, yakni secara online dan offline. KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Agung Jatmiko | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Membangun pondasi finansial yang kokoh dan melakukan diversifikasi dengan tepat, itulah prinsip yang diterapkan oleh Tossin Himawan, Presiden Direktur PT Mitra Pinasthika Mustika dalam menjalankan kegiatan berinvestasi selama ini.

Pria kelahiran Bandung ini sudah cukup lama melakukan aktifitas investasi, yakni sejak pertengahan tahun 1970. Namun, lantaran kala itu produk investasi di Indonesia masih sangat terbatas, maka instrumen yang ia pilih saat itu adalah emas dan barang antik. Adapun, tabungan dan deposito menjadi instrumen investasi mendasar yang wajib ia miliki.

Pilihan jatuh pada instrumen emas karena sifatnya sebagai safe haven dan harganya yang cenderung naik. Meski saat ini harga emas sedang merosot, tetapi jika dibandingkan harga saat emas di era 1970-an, pertumbuhan harga emas milik Tossin tentu sudah melambung.

Sementara, berinvestasi di barang antik berangkat dari kecintaannya pada barang-barang budaya yang bernilai tinggi. "Salah satu barang budaya yang saya koleksi adalah lukisan," ujar Tossin.

Memasuki pertengahan tahun 1980, ia mulai menjajal instrumen investasi yang lebih rumit, yakni saham. Kebetulan, saat itu pasar saham diperkenalkan secara luas di Indonesia. Alasan Tossin berani memilih saham sebagai salah satu instrumen investasi, karena saham memberikan capital gain dan juga dividen.

Namun, bukan berarti Tossin meninggalkan instrumen investasi sebelumnya. Karena menurut dia, diversifikasi investasi merupakan strategi untuk meminimalisir risiko yang dihadapi.

Mengacu faktor teknis

Sebelum memutuskan masuk ke bursa saham, alumnus Universitas Parahyangan, Bandung ini, sudah harus merasa cukup  memiliki modal pengetahuan. Sebagai seorang sarjana ekonomi, ia telah mengetahui mekanisme dasar investasi saham meski hanya secara teori.

Ia selalu mempelajari terlebih dahulu fundamental perusahaan secara mendalam, dari sektor manajemen dan lini usaha. Hal ini dilakukan agar saham yang ia pilih memang berasal dari perusahaan yang kredibel dan berpotensi baik.

Saat itu, saham pilihan Tossin adalah perusahaan dengan kegiatan usaha di sektor makanan. Produk di sektor ini pasti dibutuhkan oleh masyarakat, sehingga ia yakin sektor makanan masih akan bertumbuh.

Dalam membeli saham, ia juga sudah memperhitungkan saham mana saja yang diperuntukkan bagi trading jangka pendek atau untuk trading jangka panjang. Meski pengetahuan dirasa sudah mumpuni, toh, ia tetap pernah mengalami masa suram berinvestasi ketika krisis moneter tahun 1998.

Beruntung, dengan menjalankan prinsip diversifikasi investasi dan memperhitungkan dengan cermat modal yang ia tanam, kerugian yang ia alami tidak membuat kondisi keuangannya amburadul. "Saya sudah menyisihkan uang tunai dan telah menghitung berapa kerugian yang mesti ditanggung apabila mengalami kerugian," ujar dia.

Tossin mengaku dirinya merupakan tipe investor agresif. Namun, ia tidak gegabah dan tetap mengacu pada beberapa faktor teknis, saat berinvestasi. Kadang, ada sejumlah tipe investor yang hanya mengandalkan intuisi untuk meraup untung setinggi mungkin. Namun, cara ini menurut dia kurang bijaksana. "Sesuaikan diri dengan kesempatan yang ada," kata Tossin.

Ketika dihadapkan dengan pilihan mundur, maka investor harus mundur dan tidak memaksakan egonya. Karena sebagai investor, ada kalanya akan dihadapkan dengan situasi yang membutuhkan ketenangan dan kemantapan menerima hasil.

Seringkali seorang investor gagal justru saat ia seharusnya bisa menyelamatkan modalnya. Jangan sampai investor termakan ego sendiri, sehingga apa yang sudah dibangun hancur dalam sekejap.    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×