Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berbagai fenomena muncul mewarnai dunia pasar modal dalam negeri belakangan ini. Dari jumlah investor terus bertambah di tengah pandemi Covid-19, hingga sejumlah nasabah yang menggunakan uang hasil pinjaman untuk masuk dalam investasi saham.
Dalam catatan Kontan, tak sedikit pula investor anyar berutang melalui aplikasi pinjaman online, meminjam uang arisan dan uang milik anggota Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK), sampai ada yang rela menggadaikan tanah dan Buku Kepemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB) mobil sebagai modal investasi.
Beberapa investor juga cenderung memilih saham karena ikut-ikutan tanpa memahami analisa teknikal dan fundamentalnya. Alhasil, untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak.
Pakar Keuangan dan Pasar Modal, Budi Frensidy menyayangkan perilaku investor yang cenderung ikut-ikutan ini. “Sangat disayangkan investor ritel dengan modal terbatas, kemudian masuk kelompok spekulan. Terlebih kalau mereka menggunakan dana pinjaman,” kata Budi dalam acara Incar Cuan Investasi Saham, Pahami Risikonya, Selasa (24/3).
Baca Juga: Sempat perkasa, saham-saham lapis bawah ini mulai loyo
Guna meminimalisir kerugian dalam investasi saham, CEO Indosurya Bersinar Sekuritas, William Surya menambahkan, alangkah baiknya jika calon investor mengenali profil risikonya dan cermat dalam memperhitungkan permodalan sebelum terjun ke investasi saham.
Kemudian, William menyarankan agar pelaku pasar menggunakan dana dingin atau dana pribadi yang tak terpakai dalam jangka waktu dekat sebagai modal investasi. Yang terpenting, sambungnya, menerapkan konsep investasi sedari awal.
“Investor juga harus pahami dan sadari bahwa investasi adalah keputusan pribadi sehingga jangan memiliki ketergantungan atau sekadar ikut-ikutan tren,” terangnya ketika dihubungi Kontan, Rabu (24/3).
Selanjutnya, ia mengimbau investor untuk tidak serakah dalam mengincar keuntungan. Ia bilang, pelaku pasar harus memiliki perencanaan investasi secara detail mulai dari komposisi portofolio, target, dan juga kesiapan, tak terkecuali menanggung risiko.
Baca Juga: Punya prospek yang menarik, analis rekomendasikan beli saham AKR Corporindo (AKRA)
William juga menyarankan agar sebagai investor tidak menelan mentah-mentah informasi yang beredar tanpa dasar. “Yang jelas harus siap mental dan tak mudah panik. Jalankan perencanaan dengan matang dan bijak,” imbuhnya.
Ia menilai, pertumbuhan investor adalah merupakan suatu kebanggaan dan merupakan fenomena yang baik untuk pasar modal kita. Sementara itu, regulator perlu bertugas mengawasi dan membatasi dengan aturan yang jelas dan transparan.
“Sedangkan apapun yang dilakukan investor adalah bebas serta bertanggungjawab bagi diri investor tersebut, demikian juga dengan para emiten yang melantai di bursa juga wajib menjaga integritas. Sehingga dapat dipercaya oleh investor karena kepercayaan itu adalah hal yang diraih berupa reputasi yang tidak ternilai,” tutupnya.
Selanjutnya: IHSG melorot 1,54% pada Rabu (24/3), simak faktor pemicunya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News