Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Euforia kenaikan saham-saham lapis kedua nampaknya mulai memudar. Saham-saham yang tadinya naik berkali-kali lipat, bahkan sampai masuk ke dalam radar otoritas bursa, kini pergerakannya mulai terbatas. Kebanyakan dari saham yang mulai tidak bertenaga ini adalah saham perbankan lapis kedua.
Sebut saja saham PT Bank Jago Tbk (ARTO). Meskipun hari ini menguat 2,13% ke level Rp9.575, dalam sepekan saham ARTO melemah 3,04%. Saham lainnya yang mulai lesu adalah saham PT Bank Victoria Internasional Indonesia Tbk (BVIC), yang dalam sepekan melemah 21,79%. Bahkan, saham BVIC terkapar di zona merah sejak Jumat (12/3).
Saham PT Bank Bumi Arta Tbk (BNBA) juga mulai memudar pamornya. Hari ini, saham BNBA ditutup melemah 6,80% ke level Rp2.330, menyentuh auto rejection bawah (ARB). Dalam sepakan, saham BNBA melemah 29,82%.
Saham-saham bank lapis bawah yang tercatat mengalami koreksi setidaknya dalam sepekan diantaranya saham PT Bank Bisnis International Tbk (BBSI) dengan pelemahan 19,21% dan saham PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) yang terkoreksi 14,75% dalam sepekan.
Baca Juga: Ini penyebab kinerja reksadana saham di bulan Januari paling jeblok
Tak hanya saham perbankan lapis bawah, saham-saham pendatang baru juga mulai kehabisan energi. Sebut saja saham PT DCI Indonesia Tbk (DCII) yang melemah 7,77% dalam sepekan, dan saham PT indointernet Tbk (EDGE) yang terkoreksi 10,39% dalam sepekan.
Analis Panin Sekuritas William Hartanto menyebut, pelemahan saham-saham ini lebih dikarenakan adanya aksi ambil untung atau profit taking karena harganya yang sudah naik tinggi. “Beberapa saham yang disebutkan sudah tidak dalam tren bullish lagi,” terang William kepada Kontan.co.id, Rabu (24/3).
Di sisi lain, loyonya saham perbankan lapis bawah diamini William karena sentimen pengembangan bank digital yang sempat menjadi buah bibir, kini mulai memudar. “Naik karena sentimen, turun karena sentimennya hilang,” sambung dia.
Senada, Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani menilai, penurunan saham-saham lapis bawah tersebut terjadi karena aksi profit taking setelah penguatan yang cukup signifikan tempo hari, tanpa koreksi berarti.
Sementara untuk saham DCII dan EDGE yang merupakan pendatang baru, pelemahan seperti ini memang biasa terjadi.
Hendriko menyebut, setelah penguatan yang cukup signifikan, saham emiten yang baru menggelar hajatan initial public offering (IPO) melesat tinggi diikuti antusias investor. Kemudian saham-saham ini melemah untuk selanjutnya menentukan trend dan arah pergerakan.
Selanjutnya: Berhasil cetak pertumbuhan kinerja dobel digit, simak rekomendasi saham ICBP
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News