Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Setelah sempat tertunda, PT Timah Tbk (TINS) akan kembali mengekspor timah melalui Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI). Agung Nugroho, Sekretaris Perusahaan TINS, mengatakan, pada September ini, TINS menargetkan bisa kembali mengekspor 2.000 ton timah. Hingga akhir tahun, ekspor TINS diharapkan bisa mencapai 26.000 hingga 30.000 ton.
Memang, Agustus lalu, pemerintah menerapkan aturan baru tentang ketentuan ekspor timah dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No 33 tahun 2015.Dampaknya, ekspor timah sempat terhambat.
Kementerian ESDM belum mengeluarkan petunjuk teknis rekomendasi ekspor yang disyaratkan Kementerian Perdagangan. Tapi kini TINS mendapat Surat Persetujuan Ekspor. Regulasi ini mewajibkan mekanisme Clean & Clear (CnC) bagi yang belum mempunyai Eksportir Terdaftar (ET). Aturan ini dirasa bisa menertibkan ekspor timah dari Indonesia, karena setiap besaran produksi dan penjualan logam timah akan dicek sesuai izin usaha penambangan (IUP) yang tercantum dalam Rencana Kerja Anggaran Belanja (RKAB).
Meski demikian, Agung bilang, ekspor TINS masih berpengaruh pada musim. "Tak bisa flat misalnya 2.000 ton per bulan. Jika ada musim hujan atau angin kencang, pasti menurun," ujar dia kepada KONTAN, Selasa (15/9). Saat ini harga timah mulai membaik, meski belum besar.
Di awal tahun TINS sempat mengurangi ekspor untuk menurunkan suplai di pasar. Hingga semester I 2015, harga pokok usaha (HPU) timah menurun 19,34% menjadi US$ 13.810 per metrik ton. Profit TINS pun tereduksi karena turunnya harga jual rata-rata 26,37% yoy pada periode tersebut menjadi US$ 17.076 per metrik ton.
David Sutyanto, analis First Asia Capital memprediksi, permintaan timah masih lemah sampai akhir tahun ini. Dus, David merekomendasikan sell TINS dengan target Rp 500 per saham. Harga TINS kemarin Rp 595 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News