kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,70   -25,03   -2.70%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tingginya Permintaan Dorong Harga CPO Kembali Naik, Ini Dampak Bagi Emiten Perkebunan


Kamis, 23 Februari 2023 / 05:30 WIB
Tingginya Permintaan Dorong Harga CPO Kembali Naik, Ini Dampak Bagi Emiten Perkebunan


Reporter: Aris Nurjani | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) menjadi peluang positif bagi emiten perkebunan. Pada Rabu (22/2) pukul 15.46 WIB, harga CPO kontrak Mei 2023 di Bursa Malaysia naik 1,16% atau naik ke RM 4.189 per ton

Chief Analist DCFX Futures Lukman Leong menilai kenaikan harga CPO karena adanya kombinasi dari meningkatnya permintaan dan turunnya jumlah produksi serta pasokan. 

"Ekspor minyak sawit Malaysia naik sekitar 27.7%-33.1% dalam 20 hari pertama Februari, sedangkan produksi anjlok hampir 15% menjadi 1,39 juta ton pada Januari, terkecil dalam hampir setahun," jelasnya kepada Kontan.co.id, Rabu (22/2).

Baca Juga: Akibat Larangan Ekspor, Penerimaan Bea Keluar Merosot 68,1% pada Januari 2023

Selain itu naiknya harga CPO juga didukung oleh pembatasan ekspor Indonesia hingga akhir hari raya Idul Fitri. Ditambah Indonesia mewajibkan biodiesel dengan kandungan minyak sawit lebih tinggi 35%. 

Lukman melihat kenaikan harga CPO kali ini hanya jangka pendek. Sementara untuk jangka panjang masih terlihat suram lantaran belum ada sentimen pasti yang membuat harga CPO naik tinggi.

"Harga CPO jangka panjang diperkirakan masih akan turun mendekati MYR 3000," jelasnya.

Menurut Lukman harga CPO yang saat ini di atas MYR 4000 masih sangat menguntungkan bagi perusahaan sawit karena masih jauh di atas harga produksi dan harga CPO masih di atas harga rata-rata sebelum covid-19 di kisaran MYR 2000'an.

Walaupun, harga CPO sekarang masih jauh lebih rendah dari rekor tahun lalu yang berkisar MYR 7000. Lukman menjelaskan dengan kenaikan harga pupuk sekarang  masih akan akan menekan keuntungan perusahaan namun hanya terbatas dan dapat ditolerir.

Sementara, Alrich Paskalis, Analis Phintraco Sekuritas menilai kenaikan harga CPO dipicu oleh adanya kenaikan minyak nabati dan minyak mentah dunia. Ia menambahkan penyebab kenaikan harga komoditas akibat optimisme pelaku pasar terhadap pulihnya permintaan di Tiongkok yang sejalan dengan akselerasi economic recovery pasca dicabutnya zero covid policy. 

"Optimisme pulihnya permintaan CPO di china, dan implementasi biodiesel B35 di Indonesia dapat menjadi katalis positive untuk harga CPO," ujarnya.

Selain itu, Alrich belum dapat memastikan level harga atau patokan khusus untuk harga CPO ke yang masih menguntungkan bagi perseroan. Namun, selama masih berada di atas harga pokok produksi dari emiten atau cpo producers, maka masih menguntungkan.

"Selain itu volume produksi juga berpengaruh pada keuntungan atau skala ekonomis emiten. kedua hal ini perlu penelitian atau perhitungan lebih lanjut dan kami tidak memiliki data untuk melakukan perhitungan tersebut saat ini." jelasnya.

Alrich menjelaskan Indonesia dan Tiongkok adalah konsumen CPO terbesar di dunia sehingga dengan adanya pemulihan konsumsi di China dan implementasi B35 di Indonesia, secara keseluruhan dapat memberikan kontribusi yang positif untuk emiten CPO pada tahun ini.

Baca Juga: Ada Program B35, Intip Rekomendasi Saham CPO

Dari beberapa emiten perkebunan, Alrich merekomendasikan berikut :

1. PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) 

Rekomendasi : Buy on Support 

Target : 8.600-8.825

Entry : lebih dari 8.125

Stoploss : kurang dari 7.800

2. PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) 

Rekomendasi : Buy on Support

Target 2 : 695

Target 1 : 655

Entry : lebih dari 620

Stoploss : kurang dari 600

3. PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) 

Rekomendasi : Buy on Support 

Target : 1.635 

Entry : lebih dari 1.535

Stoploss : kurang dari 1.475

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×