kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Timah belum mampu bangkit jelang rilis FOMC


Rabu, 03 Mei 2017 / 17:25 WIB
Timah belum mampu bangkit jelang rilis FOMC


Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Antisipasi pasar terhadap pertemuan FOMC yang akan berlangsung pada Kamis (4/5) dini hari jadi katalis yang menjegal laju kenaikan harga logam industri termasuk timah.

Mengutip Bloomberg, Rabu (3/5) pukul 15.12 WIB harga timah kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange tergelincir 0,19% ke level US$ 19.922 per metrik ton dibanding hari sebelumnya. Walau dalam sepekan terakhir harga berhasil terangkat tipis 0,06%.

Ibrahim, Direktur PT Garuda Berjangka menjelaskan harga timah bergerak layaknya harga komoditas lainnya yang sedang tergerus koreksi. Akibat aksi pelaku pasar yang lebih memilih memegang aset safe haven seperti USD untuk berlindung.

Pasalnya kini perhatian pelaku pasar tertuju pada pernyataan apa yang akan disampaikan The Fed dalam FOMC dini hari nanti.

“Pasar berharap ada kejelasan mengenai peluang kenaikan suku bunga The Fed selanjutnya, wajar saat ini USD ikut menguat,” kata Ibrahim.

Memang hingga pukul 15.28 WIB indeks USD menguat 0,09% ke level 99,06 dibanding hari sebelumnya.

Namun Ibrahim memandang bukan berarti langkah harga timah untuk naik lagi menjadi terbatas. Sebab secara fundamental harga timah justru sedang dibalut katalis positif.

Sebut saja laporan stok timah di LME hingga akhir April 2017 yang turun sekitar 52,2% ke level 2.865 ton dibanding level tertingginya tahun ini pada 16 Februari 2017 lalu di 5.995 ton.

Tidak hanya itu, diduga permintaan timah sepanjang tahun 2017 ini masih terjaga di level 350.000 ton. “Hal tersebut mungkin saja terjadi jika berkaca dari laporan pertumbuhan ekonomi China kuartal satu 2017 ini yang tumbuh ekspansif,” imbuh Ibrahim.

Itu meningkatkan harapan akan mampu menjaga permintaan harga timah secara global, mengingat China merupakan salah satu konsumen terbesar timah.

"Peluang naik dan turun sama terbuka, meski demikian rentangnya akan tetap sempit karena ada tarik menarik sentimen," kata Ibrahim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×