kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tiga Maskapai BUMN Dilebur, Bagaimana Posisi Garuda (GIAA)?


Sabtu, 02 September 2023 / 08:10 WIB
Tiga Maskapai BUMN Dilebur, Bagaimana Posisi Garuda (GIAA)?


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyusun rencana peleburan maskapai penerbangan milik negara. Skemanya, PT Pelita Air Service (PAS) bakal dilebur dengan PT Citilink Indonesia. 

Sementara itu, PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) bakal tetap berdiri sendiri. Baik Pelita maupun Citilink masih akan tetap beroperasi dengan brand maskapai masing-masing.

Opsi peleburan menjadi pilihan Kementerian BUMN alih-alih akuisisi. Sebab, kata Menteri BUMN Erick Thohir, Garuda dan Citilink masih memerlukan dana untuk menambah jumlah kapal.

“Karena kan tidak mungkin kita mendorong Garuda dan Citilink membeli Pelita, karena kan cash-nya masih dibutuhkan untuk nambah pesawat, jadi mendingan dijadiin satu, toh sama-sama milik pemerintah,” terang Erick dalam Rapat Kerja (Raker) bersama Komisi VI DPR RI pada Kamis (31/8). 

Erick berharap, rencana ini bisa direalisasi tahun ini atau setidaknya awal tahun depan.

Baca Juga: Ini Tujuan Rencana Merger Garuda Indonesia, Pelita Air, dan Citilink

Menurut catatan Erick, saat ini Garuda mengoperasikan sebanyak 60 unit pesawat, sedang Citilink 50 pesawat. Sementara itu, Pelita baru mengoperasikan 12 pesawat dan direncanakan bertambah jumlahnya menjadi 20 pesawat. 

Dari sisi pangsa pasar, ketiga maskapai pemerintah ini menguasai sebanyak 35% pangsa pasar di industri, sedang 65% lainnya dikuasai oleh maskapai swasta. Harapan Erick, total pesawat ketiga maskapai ini bisa bertambah secara perlahan menjadi 170 maskapai per tahun 2026.

Rencana peleburan maskapai berdasar pada masih minimnya jumlah pesawat di Indonesia. Dalam hal ini, Erick menjadikan Amerika Serikat (AS) sebagai perbandingan. Dia mencontohkan, di negeri dengan populasi penduduk 330 juta jiwa dengan pendapatan domestik bruto (PDB) hampir US$ 40.000 lebih itu terdapat 7.200 unit pesawat.

Angka tersebut jauh melampaui jumlah di Indonesia, negara dengan PDB US$ 4.700 yang memiliki populasi 280 juta jiwa dan berbentuk negara kepulauan.

Baca Juga: Begini Tanggapan Pengamat Soal Rencana Merger BUMN Maskapai Penerbangan

“Kalau kita ambil 10%-nya saja, berarti Indonesia harus ada 720 pesawat. Hari ini total pesawat di Indonesia itu 500 lebih, belum kembali seperti sebelum Covid-19,” ujar Erick.

Erick memastikan, peleburan maskapai ini tidak akan berbuntut pada kanibalisme. Sebab, ketiga maskapai ini memiliki pangsa pasar masing-masing: Garuda di segmen premium class, Pelita di premium economy, dan Citilink di low cost.

Catatan Erick, saat ini proses menuju peleburan sudah mencapai 30%. Menurut dia, peleburan ini tidak perlu melibatkan penilaian obligor maupun kreditor Garuda, sebab peleburan dilakukan di Citilink.

“Jadi enggak ada hubungannya, kan di Citilink,” ucap Erick.

Sekadar informasi, PT Citilink Indonesia merupakan anak usaha Garuda dengan kepemilikan 99,99%. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×