Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Dalam sebulan terakhir, asing terus mencatatkan net sell. Hari ini saja, asing mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp 618 miliar dengan demikian, dalam sebulan ini net sell asing tercatat sebesar Rp 4,5 triliun.
Alfred Nainggolan, Kepada Riset Koneksi Capital menyatakan, ada tiga faktor yang mempengaruhi aksi tersebut. Pertama, karena alasan melakukan profit taking. Hal itu karena kinerja saham-saham secara year to date (ytd) kini sudah memiliki kinerja cukup bagus.
Menurutnya, para manager investasi global melihat capaian kuartal 1 sebagian sudah cukup bagus terhadap kinerja portofolio mereka. "Sehingga mereka lebih prefer mengamankan posisi," kata Alfred kepada KONTAN, Selasa (11/7).
Selain itu, kenaikan suku bunga The Fed sedikit banyak juga memberikan pengaruh. Hal tersebut, Membuat Amerika Serikat menjadi magnet. Sehingga, meski tidak signifikan, akan ada dana yang keluar dari pasar saham Indonesia.
Ketiga, karena bentuk antisipasi pasar. Dia melihat jumlah besaran net sell asing, dan melihat pergerakan rupiah. Kebanyakan net sell asing belum berpindah. Jadi, sikapnya masih wait and see. Mereka mengamankan dalam bentuk cash. "Jadi kemungkinan dananya masih ada di Indonesia, mereka hanya mengantisipasi saja," lanjutnya.
Bisa jadi, setelah muncul laporan keuangan kuartal kedua, dan adanya informasi mengenai perkembangan inflasi pada Juli. Serta melihat transaksi perdagangan Indonesia, mereka akan kembali pada portofolio mereka.
"Jadi saya melihat, tiga kondisi tadi yang bisa menjadi sebab, kenapa net sell relatif cukup besar dalam satu bulan terakhir ini," katanya.
Menurutnya, net sell asing akan mulai menurun karena mereka akan kembali memilih saham-saham yang cukup baik. Yakni dengan melihat catatan keuangan kuartal 2. Sekitar bulan Juli - Agustus, maka net sell asing akan turun.
"Dengan pergerakan rupiah yang cukup kuat, itu bisa menjadi indikasi bahwa ketakutan pasar asing terhadap investasi Indonesia tidak terlihat," katanya.
Sehingga dengan kondisi seperti itu, dan adanya laporan keuangan yang cukup bagus bisa menarik mereka kembali. Permintaan rupiah saat ini masih cukup kuat daripada permintaan dolar. "Sehingga rupiah tidak mengalami depresiasi yang terlalu signifikan sekali," katanya.
Sementara itu, sampai akhir tahun diprediksi masih cukup baik. Berkaca dari pertumbuhan ekonomi pada 5,1% - 5,2% dan inflasi sekitar 4% serta pertumbuhan kredit double digit, seharusnya kondisinya bisa lebih baik.
"Kinerja kuartal 1 dan 2 itu memasukkan optimisme pada kinerja kuartal 3 dan 4. Pergerakan harga saham sudah price in," katanya.
Alfred mencermati, sentimen dari luar negeri justru masih cukup stabil. Namun yang perlu menjadi perhatian justru sentimen dari dalam negeri. Di antaranya seperti APBN atau realisasi belanja pemerintah, target pajak yang tercapai dan angka inflasi.
"Jadi bagaimana pemerintah terus meyakinkan pasar, lewat kebijakan maupun realisasi paket kebijakan tersebut," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News