Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Covid-19 turut menjegal penjualan semen nasional tahun lalu. Mengutip data Asosiasi Semen Indonesia (ASI), penjualan semen tahun lalu sebesar 62,7 juta ton. Permintaan ini turun 10,4% secara tahunan.
Christian Kartawijaya, Direktur Utama PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) mengatakan, industri semen cukup terpuruk tahun lalu, salah satu penyebabnya adalah banyak proyek infrastruktur yang tertunda.
Meski demikian, outlook industri semen tahun ini diproyeksi membaik seiring dengan adanya sejumlah katalis positif. Salah satunya adalah kebijakan pemerintah untuk menaikkan anggaran infrastruktur.
Baca Juga: Laba bersih di atas ekspektasi, simak rekomendasi saham Indocement (INTP)
Selain itu, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mendapat porsi terbesar anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN) 2021, yakni sebesar Rp 149,8 triliun, dimana klaim telah terserap hingga sekitar 7% pada awal Februari 2021.
Lebih lanjut, pembentukan Sovereign Wealth Fund (SWF) dan Omnibus Law diyakini menarik lebih banyak investasi untuk proyek infrastruktur. Harga semen pun secara keseluruhan diperkirakan akan tetap sama tahun ini.
“Di 2021 saya percaya (permintaan) bisa tumbuh 4%-5%,” terang Christian saat paparan publik INTP yang digelar secara virtual, Jumat (19/3).
Hanya saja, kebijakan over dimension & over loading (ODOL) dinilai akan meningkatkan biaya pengangkutan para pemain semen. Selain itu, persaingan di industri semen juga semakin sengit seiring masuknya dua pemain baru, yakni semen Hongshi dan semen Grobogan.
Selanjutnya: Turun tipis, Indocement (INTP) bukukan laba bersih Rp 1,80 triliun di 2020
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News