Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) melaporkan penurunan pendapatan dan laba bersih sepanjang 2020. Emiten semen ini membukukan pendapatan bersih senilai Rp 14,18 triliun, turun 11% dari realisasi pendapatan di tahun 2019 yang mencapai Rp 15,94 triliun.
Namun, penurunan laba bersih INTP tidak sedalam penurunan pendapatannya. Konstituen Indeks Kompas100 ini mengempit laba bersih senilai Rp 1,80 triliun. Realisasi ini turun 1,5% dari laba bersih tahun sebelumnya yang mencapai Rp 1,83 triliun.
Analis Samuel Sekuritas Indonesia Yosua Zisokhi menilai, pendapatan INTP yang turun 11% secara tahunan sejalan dengan estimasi yang dipasang oleh Samuel Sekuritas, dimana hal ini juga terjadi akibat penurunan volume penjualan sebesar 9,7%.
Akan tetapi, Yosua mengamini, INTP berhasil menurunkan beban biayanya lebih banyak dibandingkan penurunan pendapatan, seperti beban pokok penjualan (COGS), beban usaha, serta beban pajak yang juga mengecil. Hal ini membuat laba bersih INTP yang hanya turun 1,5% secara tahunan.
Baca Juga: Turun tipis, Indocement (INTP) bukukan laba bersih Rp 1,80 triliun di 2020
“Pencapaian laba bersih INTP di 2020 di atas ekspektasi kami. Tadinya kami memproyeksikan laba bersih hanya mencapai Rp1,3 triliun saja,” terang Yosua saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (19/3).
Mengutip data perseroan, tahun lalu INTP mencatat penurunan volume penjualan sebesar 9,7% menjadi 17,10 juta ton. Sementara tahun ini INTP menargetkan volume penjualan mampu tumbuh 4% secara tahunan.
Yosua menyebut, penurunan volume tahun lalu tidak terlepas dari dampak signifikan pandemi Covid-19. Pandemi membuat konsumsi semen berkurang cukup banyak, terutama di segmen bulk cement, yang konsumsinya didominasi proyek-proyek infrastruktur.
Yosua memperkirakan, dengan meredanya pandemi dan ekonomi yang kembali bergeliat, proyek infrastruktur dan properti diperkirakan meningkat. Sehingga, Samuel Sekuritas optimistis target pertumbuhan 4% akan mampu dicapai oleh INTP.
Baca Juga: Simak rekomendasi saham ERAA, INTP, dan AKRA untuk Jumat (19/3)
Sementara itu, dari data Januari-Februari, terlihat adanya perbaikan permintaan di Jawa Barat dan Banten yang menjadi basis pasar INTP. Sedangkan permintaan di wilayah DKI Jakarta yang juga basis pasar INTP masih menurun. Menurut dia, volume penjualan di DKI Jakarta yang masih rendah tidak terlepas dari imbas PPKM.
Secara umum, permintaan di Jawa bagian barat dan juga di beberapa daerah lain sudah terlihat mengalami pemulihan. Dus, Samuel Sekuritas optimis permintaan akan cenderung naik di sisa tahun ini.
“Meski demikian, pencapaian tahun ini sepertinya belum akan mencapai pencapaian tahun normal 2019 sebagai patokan, dimana pada tahun tersebut belum terjadi pandemi Covid-19,” sambung Yosua.
Hanya saja, kenaikan harga bahan bakar seperti batubara dan listrik sepertinya akan menjadi tantangan bagi industri semen. Namun, Yosua menilai, kenaikan komponen bahan bakar ini sepertinya akan terkompensasi dengan kenaikan volume penjualan serta efisiensi yang sudah berhasil dilakukan oleh INTP dalam beberapa tahun ini.
Samuel Sekuritas Indonesia masih merekomendasikan beli saham INTP dengan target harga Rp 16.250. Target harga ini mencerminkan 17,2 kali EV/EBITDA.
Selanjutnya: Indocement (INTP) proyeksikan permintaan semen nasional bisa meningkat 5%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News