Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Noverius Laoli
“Namun, jika dilihat dari sisi valuasinya, rata-rata saham di sektor kawasan industri masih relatif rendah. Pasalnya sudah mengalami penurunan yang cukup dalam, bahkan mendekati level terendah ketika terjadi crash 2020 lalu,” imbuhnya.
Saat ini Pandhu memilih saham DMAS sebagai top pick untuk saham kawasan industri. Menurutnya, DMAS memiliki porsi hutang paling minim sehingga lebih tahan terhadap guncangan ekonomi. Hal ini terbukti sejak pandemi tahun 2020 lalu, DMAS masih dapat membukukan bottom line positif, sedangkan emiten lain seperti BEST, SSIA, KIJA membukukan bottom line negative.
Baca Juga: Saham Teladan Prima Agro Listing Perdana di BEI
Adapun, pada tahun ini DMAS menargetkan marketing sales sebesar Rp 1,8 triliun, atau sedikit lebih tinggi dibanding pencapaian 2021 yang sebesar Rp 1,76 triliun. Pandhu menyebut, pihak DMAS melihat sektor data centre menunjukkan permintaan yang kuat sehingga akan menjadi penopang utama.
“Jika proyeksi dari tersebut dapat tercapai, kami perkirakan laba DMAS dapat mencapai Rp 900 miliar. Saat ini DMAS diperdagangkan pada valuasi forward PE sekitar 9x, masih lebih rendah dari rata2 PE 5 tahun terakhir sekitar 13x, sehingga kami targetkan DMAS dapat mencapai Rp 230 untuk tahun 2022 ini,” tutup Pandhu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News