Reporter: Muhammad Kusuma | Editor: Herlina Kartika Dewi
Pertama, tercapainya kesepakatan dagang antara AS dan China. Jika perang dagang usai maka kondisi perekonomian global akan membaik. Transaksi ekspor dan impor komoditas diproyeksikan akan tumbuh lebih baik dari tahun lalu.
Kedua, permintaan tembaga diprediksi meningkat. Dengan ditandatanganinya kesepakatan AS – China, permintaan komoditas dari China akan kembali meningkat.
Baca Juga: Merdeka Copper Gold (MDKA) sudah serap belanja modal US$ 70 juta, dipakai apa saja?
Ibrahim memproyeksikan impor China akan naik tiga kali lipat dari tahun lalu. Alhasil, permintaan terhadap tembaga sebagai salah satu bahan dasar untuk otomotif, energi terbarukan serta infrastruktur berpeluang meningkat tahun ini.
Mengutip Bloomberg, Jumat (10/1) pukul 17.30 WIB, harga tembaga untuk kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) berada di level US$ 6.180 per metrik ton atau naik 0,03% dari sesi perdagangan kemarin.
Ibrahim memprediksi harga tembaga hingga akhir tahun akan berada pada rentang US$ 5.000 hingga US$ 7.000 per metrik ton dengan catatan faktor fundamental seperti kondisi ekonomi global menunjukkan perbaikan.
Sedangkan, Wahyu memprediksi harga tembaga hingga akhir tahun ada di rentang US$ 5.500 hingga US$ 7.200 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News