Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham-saham old economy mulai bangkit setelah terpuruk di masa pandemi 2020 lalu.
Analis Investindo Nusantara Sekuritas, Pandhu Dewanto, mengatakan semakin pulihnya ekonomi mendorong kinerja keuangan para emiten membaik. Bahkan, beberapa mampu membukukan pendapatan dan laba lebih tinggi dari sebelum pandemi.
"Saham sektor teknologi dan kesehatan yang tahun lalu menjadi pilihan favorit sudah naik terlalu tinggi sehingga sebagian investor beralih ke saham yang secara valuasi lebih murah karena risikonya relatif rendah," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (14/7).
Nah, saham-saham dengan valuasi murah ini terkumpul dalam daftar Indeks Value30 (IDXV30) yang dipilih berdasarkan akan rasio PER dan PBV terendah.
Rasio PER yang rendah mengindikasikan laba yang relatif besar dibandingkan dengan harga sahamnya. Indeks ini tercatat tumbuh 8,50% sejak awal tahun (ytd/year to date).
Baca Juga: Asing Net Sell Rp 1,7 Triliun, Saham-saham Perbankan Ini Banyak Dijual dalam Sepekan
Selanjutnya, Indeks Quality30 (IDXQ30) tumbuh 3,47% ytd. Indeks tersebut dipilih berdasarkan rasio DER, ROE, dan volatilitas pertumbuhan EPS.
Hal ini bisa diartikan rata-rata emiten akan memiliki kinerja yang cukup konsisten dan stabil dengan kemampuan menghasilkan keuntungan dan tingkat risiko yang lebih baik dibanding rata-rata.
"Biasanya akan cenderung lebih dapat bertahan dalam kondisi ekonomi yang sedang melambat," sebutnya.
Selanjutnya ada Indeks Growth30 (IDXG30) yang terdiri atas saham-saham yang memiliki pertumbuhan kencang berdasarkan tren PER dan PSR. Sehingga, biasanya akan cenderung menonjol ketika kondisi ekonomi sedang terpuruk.
"Biasanya para investor akan tidak memiliki banyak opsi karena merosotnya laba sebagian besar emiten," lanjutnya. Indeks tersebut juga tercatat tumbuh 0,61% ytd.
Dari ketiga indeks tersebut, Pandhu berpandangan sektor komoditas batubara masih menjadi penggerak utama. Tahun ini, sektor tersebut menguat cukup signifikan seperti ITMG, PTBA, ADRO, UNTR. Sedangkan penghambatnya datang dari sektor ritel, kesehatan, properti dan semen.
Baca Juga: IHSG Terkoreksi 1,31%, Asing Banyak Menadah Saham-saham Ini dalam Sepekan
Berdasarkan kinerja tahun ini, Nusantara Investindo melihat sektor batubara masih cukup menarik. Namun untuk jangka panjang ia menyarankan perlu diperhatikan lebih seksama karena harga batubara yang tinggi ini merupakan keuntungan sekaligus risiko sehingga terdapat ruang untuk turun yang cukup lebar.
"Kami lihat untuk trading di saham batubara memanfaatkan momentum rilis laporan keuangan dan dividen masih menarik," katanya.