Reporter: Kenia Intan | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten yang bergerak di industri pariwisata PT Destinasi Tirta Nusantara Tbk (PDES) menimbang-nimbang rencana ekspansinya tahun ini. PDES sebenarnya berencana ekspansi ke beberapa negara yang masih ada dalam pipeline mereka.
"Kami akan memantau kondisi pasar dan kesiapan destinasi terutama pasca pasca Covid-19," kata Sekretaris Perusahaan Destinasi Tirta Nusantara Ahmad Bangun Sadewa ketika dihubungi Kontan.co.id, Selasa (3/1).
PDES memang memiliki rencana mengembangkan bisinisnya ke negara-negara di ASEAN. Salah satunya, PDES berencana melebarkan sayap ke Kamboja tahun ini.
Baca Juga: Harapkan kinerja lebih baik di 2020, ini strategi Panorama Sentrawisata (PANR)
Pada kesempatan sebelumnya, sempat disampaikan kepada Kontan bahwa proses tersebut sampai pada feasibility study. PDES masih menimbang-nimbang ekpansi dilakukan dengan mendirikan perusahaan sendiri atau joint venture.
Asal tahu saja, pada kuartal III tahun lalu, PDES telah ekspansi ke Vietnam. Akan tetapi perkembangan dari PDES Vietnam belum terlihat.
Ahmad menjelaskan, karakter pariwisata inbound bisnis B2B (Business to Business) memerlukan waktu dalam membangun pasar. Sebelum ekspansi ke Vietnam, PDES sudah merambah Malaysia dengan membuka kantor cabang.
Penyebaran Covid-19 memang berdampak signifikan di sektor pariwisata baik inbound, outbound, MICE, dan hospitality. Banyaknya larangan perjalanan (travel ban), pelarangan lintas batas negara dan kota berpengaruh pada aksesibilitas.
"Apalagi yang paling penting persepsi pasar terhadap Covid-19 begitu besar, sehingga demand menurun," jelas Ahmad.
Melihat kondisi saat ini, PDES belum bisa menyampaikan proyeksi pendapatan bersih (topline) maupun laba bersih (bottomline) tahun 2020.
Asal tahu saja, per kuartal III tahun 2019 anak perusahaan PT Panorama Sentrawisata itu mencetak kinerja kurang memuaskan. PDES membukukan penurunan pendapatan hingga 12,79% year on year (yoy), dari sebelumnya Rp 409,69 miliar menjadi Rp 363,21 miliar.
Dari sisi laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk perusahaan mengantongi Rp 8,82 miliar, turun 12,41% yoy dari sebelumnya Rp 10,07 miliar.
"Merujuk pada riset WTTC, paling tidak diperlukan waktu 10 bulan hingga 35 bulan untuk kembali ke situasi normal," kata Ahmad. Ia berharap, penyebaran Covid-19 dapat segera berlalu dan semua sektor industri bisa kembali aktif sehingga tidak terjadi pelambatan ekonomi.
Baca Juga: Strategi Panorama Group Menangkal Isu Corona
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News