Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Timah Tbk (TINS) menjadi satu-satunya emiten tambang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berkinerja suram. Di saat emiten holding tambang lainnya yakni PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) masih mencatatkan keuntungan, TINS justru mencatatkan kerugian.
TINS harus menanggung rugi tahun berjalan yang diatribusikan pada entitas induk Rp 611,28 miliar. Padahal, pada periode 2018 TINS masih mengantongi laba bersih Rp 132,29 miliar.
Baca Juga: Ini dia target penjualan dan produksi Timah (TINS) di tahun ini
Meski demikian, pendapatan TINS melonjak 75,13% menjadi Rp 19,30 triliun. Naiknya pos beban, seperti beban pendapatan usaha yang melesat 82,79% ke Rp 18,17 triliun ditengarai menjadi salah satu penghambat kinerja emiten pelat merah ini.
Analis memprediksi, langkah TINS masih akan berat untuk tahun ini. Analis NH Korindo Sekuritas Meilki Darmawan mengatakan, salah satu faktor yang dapat dijadikan basis forecasting kinerja TINS untuk tahun ini adalah harga komoditas timah yang masih dalam tren bearish dan melemahnya ekspor timah akibat pandemi virus Corona (Covid-19).
Meilki mengatakan, harga timah global sudah turun 33,5% dalam satu tahun terakhir dan diprediksi masih akan berlanjut hingga akhir 2020. Ini berarti, potensi nilai jual produk timah TINS akan semakin murah pada tahun ini yang pada akhirnya berdampak pada pendapatan yang lebih rendah sepanjang 2020.
Baca Juga: Waspada, Beban Keuangan BUMN Tambang Menjulang
Adapun volume ekspor timah Indonesia per Maret 2020 turun 41,7% secara tahunan (year-on-year) yang pastinya akan berdampak kinerja pada TINS dimana 95% penjualannya diraup dari pasar ekspor.
“Jadi, prospek TINS pada 2020 menurut analisis saya masih akan berat. Namun, saya melihat potensi mencetak laba bersih di 2020 masih tetap terbuka setelah mengalami rugi bersih sepanjang 2019,” ujar Meilki kepada Kontan.co.id, Jumat (19/4).
Setali tiga uang, Analis OSO Sekuritas Sukarno Alatas menilai, prospek TINS untuk tahun ini masih diselimuti awan mendung. Sebab, harga komoditas timah diproyeksikan masih dalam tren menurun dan diperparah dengan sentimen penyebaran virus Corona (Covid-19).
Selain itu, Sukarno bilang TINS juga memiliki beban utang yang cukup tinggi, sementara kondisi kinerjanya sedang merugi.
Baca Juga: Kinerja Emiten Anggota MIND ID Menurun, Harga Saham PTBA, ANTM, TINS Kompak Menguat
Melansir laporan keuangan TINS per 31 Desember 2019, emiten pelat merah ini memiliki utang jangka pendek yang jumlahnya mencapai Rp 8,79 triliun. Utang ini tercatat di bank-bank swasta dan juga bank pelat merah.
Oleh sebab itu, Sukarno merekomendasikan wait and see untuk saham TINS. Pada perdagangan Jumat (17/4), saham TINS menguat 2,08% ke level Rp 490 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News