Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lonjakan harga emas dunia benar-benar dirasakan manfaatnya oleh PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA). Emiten manufaktur dan perdagangan emas ini mencetak kinerja keuangan yang cemerlang hingga kuartal III-2025.
HRTA tercatat membukukan pendapatan sebesar Rp 25,19 triliun per kuartal III-2025, atau melesat 89,56% year on year (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 13,29 triliun.
Peningkatan pendapatan ini didukung oleh kenaikan volume penjualan emas murni sebesar 29,61% yoy menjadi 14,79 ton per kuartal III-2025, dari sebelumnya 11,41 ton.
"Rata-rata harga jual (ASP) juga naik signifikan sebesar 46,34% yoy menjadi Rp 1.695.288 pada Januari-September 2025, dari Rp 1.158.491 pada Januari--September 2024," tulis Manajemen HRTA dalam laporan publikasi di situs perusahaan, dikutip Kamis (6/11/2025).
Baca Juga: Emiten Otomotif Masih Melaju Lambat per September 2025, Ini Rekomendasinya
Berdasarkan segmen, penjualan grosir menyumbang 82,61% terhadap total pendapatan HRTA hingga kuartal III-2025. Setelah itu, diikuti oleh penjualan ritel sebesar 16,54%, ekspor 0,43%, dan pegadaian 0,39%.
Hingga akhir kuartal III-2025, laba bersih HRTA melonjak 90,70% yoy menjadi Rp 575,76 miliar, dibandingkan periode sebelumnya yaitu Rp 301,92 miliar. Profitabilitas HRTA turut meningkat dengan Return of Asset (ROA) di level 9,39%, Return of Equity (ROE) 27,13%, dan rasio utang berbunga sebesar 1,39 kali per kuartal III-2025
Sementara itu, Investment Analyst Infovesta Utama Ekky Topan memperkirakan, kinerja operasional dan Keuangan HRTA berpotensi tetap tumbuh positif hingga akhir 2025. Hal ini didukung oleh berlanjutnya kenaikan harga emas dan volume penjualan.
"Permintaan emas batangan diperkirakan tetap solid, sementara permintaan perhiasan bisa sedikit tertahan oleh harga yang tinggi," ujar dia, Kamis (6/11/2025).
Namun, ada kemungkinan kenaikan pendapatan dan laba bersih HRTA dalam beberapa waktu mendatang akan lebih terbatas, mengingat basis pertumbuhannya sudah tinggi dan terdapat tekanan margin akibat naiknya harga bahan baku emas.
Merujuk laporan keuangan, HRTA mencatatkan kenaikan beban pokok pendapatan mencapai 92,16% yoy menjadi Rp 24 triliun per kuartal III-2025, dari sebelumnya Rp 12,49 triliun.
Ekky juga menyebut, aktifnya HRTA melakukan kerja sama jual-beli emas dengan sejumlah perbankan dapat menjadi langkah positif yang dapat memperluas basis pelanggan dan memperkuat distribusi produk emas batangan melalui kanal keuangan formal. Dalam catatan Kontan, HRTA telah menjalin kemitraan dengan sejumlah bank, seperti BCA Syariah, BTN, dan BJB Syariah. Selain itu, HRTA juga berkolaborasi dengan Bank Bullion di Indonesia seperti Pegadaian dan BSI.
"Strategi ini juga memperkuat posisi HRTA di segmen investasi emas dan bukan hanya perhiasan, meskipun margin di segmen ini relatif lebih tipis," imbuh Ekky.
Lebih lanjut, di tengah tantangan pasokan bahan baku emas yang terbatas, HRTA perlu memfokuskan diri pada diversifikasi pasokan produk tersebut. Emiten ini juga perlu meningkatkan efisiensi produksi serta memperluas penetrasi digital dan kolaborasi dengan lembaga keuangan untuk menjaga pertumbuhan kinerja yang berkelanjutan.
Dari sisi investasi, Ekky menilai saham HRTA masih layak dipertimbangkan untuk jangka menengah hingga panjang, terutama selama tren kenaikan harga emas berlanjut dan ekspansi distribusi berjalan efektif.
Secara teknikal, harga saham HRTA saat ini sedang dalam fase koreksi, namun masih berpotensi melanjutkan penguatan. Dalam jangka menengah dan selama harga emas dalam tren positif, Ekky menargetkan harga saham HRTA dapat berada di kisaran Rp 1.500 per saham.
Selanjutnya: Emiten Otomotif Masih Melaju Lambat per September 2025, Ini Rekomendasinya
Menarik Dibaca: 5 Fase Kehidupan Ini Sebaiknya Sudah Terlindungi Asuransi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













