Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aset kripto kini menjadi instrumen investasi yang tengah naik daun. Masyarakat berbondong-bondong beralih ke aset kelas yang satu ini seiring menjanjikan potensi imbal hasil yang tinggi.
Badan Pengawas dan Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) sempat menyebutkan jumlah investor aset kripto per Maret 2021 sudah menyentuh 4,45 juta investor. Padahal, pada akhir tahun lalu, jumlahnya masih 2,5 juta investor.
Pengamat pasar modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy melihat lonjakan investor pada aset kripto tidak terlepas dari faktor ikut-ikutan atau fear of missing out (FOMO). Di satu sisi, hal ini bisa terjadi karena kemungkinan investor merasa tidak lagi mudah untuk mendapatkan keuntungan dari pasar modal.
“Karakteristik investor yang sebatas ikut-ikutan, tentu saja umumnya tidak terlalu paham akan cara kerja maupun karakteristik aset investasi tersebut. Jadi, berinvestasi lebih didorong karena ingin ikut mendapatkan imbal hasil yang tinggi, pada akhirnya pun spekulatif,” kata Budi kepada Kontan.co.id, Senin (17/5).
Baca Juga: Minat terhadap aset kripto makin tinggi, bursa kripto catat kenaikan volume transaksi
Sementara pengamat pasar modal sekaligus Direktur Avere Investama Teguh Hidayat menilai, lonjakan jumlah investor dan nilai transaksi pada aset kripto didorong oleh euforia masyarakat terhadap aset kripto yang satu ini. Dia menyebut, kondisi ini serupa seperti kondisi pasar saham pada beberapa bulan yang lalu.
Menurutnya, jika bicara euforia seperti ini, umumnya banyak investor yang masuk karena spekulasi dan having fun untuk mencari keuntungan yang lebih besar. Namun, ada juga yang masuk karena ikut apa yang sedang ramai dan jadi tren.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun mengeluarkan peringatan kepada investor terkait dengan maraknya investasi di aset kripto. Masyarakat diminta lebih hati-hati ketika memilih aset kripto, karena underlying ekonominya tidak jelas.
Belum lagi, aset kripto termasuk komoditas yang memiliki fluktuasi nilai yang sewaktu-waktu dapat naik dan turun sehingga masyarakat harus paham dari awal potensi dan risikonya sebelum melakukan transaksi aset kripto.
Baca Juga: Investor Baru, Hati-hati Fenomena "Pom-pom"
Budi sependapat dengan apa yang diutarakan oleh OJK. Menurut dia, ada kekhawatiran ketika investor mengalami kerugian besar, nantinya pihak otoritas yang akan dimintai pertanggungjawaban. Padahal, aset kripto memang bersifat high risk high return.
Teguh menambahkan, aset kripto masih tergolong sebagai aset kelas yang baru. Hal ini bisa dilihat dari jumlah investornya yang sudah berpengalaman dan memiliki kemampuan analisa cenderung tidak terlalu banyak. Investor yang masih coba-coba sambil belajar atau bahkan hanya sekadar ikut-ikutan justru lebih mendominasi belakangan ini.
Oleh karena itu, dia melihat bukan tidak mungkin kejadiannya akan mirip dengan kondisi pasar saham beberapa waktu yang lalu. Jadi menurut dia, tinggal menunggu waktu saja untuk melihat seperti apa aset kripto ini ke depan. Apakah memang tetap ramai, atau justru begitu koreksinya dalam dan nyangkut, lalu menjadi sepi layaknya pasar saham saat ini.
Baca Juga: Bitcoin kembali reli ke US$ 45.190 gara-gara tweet Elon Musk
Teguh berpendapat bahwa aset kripto saat ini tingkat spekulasinya masih tinggi. Pergerakannya justru sering diakibatkan oleh sentimen maupun pernyataan dari tokoh tertentu ketimbang dari sisi fundamentalnya.
“Jadi layaknya investasi pada aset umumnya, pastikan sudah paham dan mengenal pada aset tersebut lebih dahulu. Kalau sebatas untuk coba-coba dan belajar, sebaiknya jangan langsung gunakan dana yang terlalu besar,” imbuh Teguh.
Sementara Budi melihat karakteristik investor yang cocok untuk melakukan investasi pada aset kripto adalah investor yang memang sudah terbiasa bertransaksi pada perdagangan spekulatif, seperti forex, maupun komoditas. Selain itu, investor aset kripto kawakan yang sudah mengenal seluk-beluk dunia kripto dan teknologi di sekitarnya juga jelas jadi yang paling cocok.
“Investor forex atau komoditas ini tentu sudah punya pengalaman dalam bermain menggunakan margin dan leverage. Jelas keberadaan aset kripto jadi kelas aset baru yang bisa mereka mainkan dan tentu cocok dengan karakteristik mereka,” tutup Budi.
Baca Juga: Tweet Elon Musk membuat harga bitcoin jatuh ke level terendah dalam 3 bulan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News