kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.942.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.490   100,00   0,61%
  • IDX 6.787   -120,00   -1,74%
  • KOMPAS100 980   -16,66   -1,67%
  • LQ45 754   -11,11   -1,45%
  • ISSI 221   -4,23   -1,88%
  • IDX30 391   -6,58   -1,66%
  • IDXHIDIV20 457   -9,06   -1,95%
  • IDX80 110   -1,76   -1,57%
  • IDXV30 113   -1,97   -1,71%
  • IDXQ30 126   -2,46   -1,91%

Tensi Geopolitik Semakin Memanas, Rupiah Bisa Melemah ke Rp 16.700


Senin, 23 Juni 2025 / 18:13 WIB
Tensi Geopolitik Semakin Memanas, Rupiah Bisa Melemah ke Rp 16.700
ILUSTRASI. Petugas menunjukan uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing. Rupiah berpotensi tertekan seiring potensi meningkatnya permintaan dolar Amerika Serikat (AS), sebagai mata uang safe haven di tengah panasnya tensi geopolitik. ANTARA FOTO/Fathul Habib Sholeh/sgd/Spt.


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah berpotensi tertekan seiring potensi meningkatnya permintaan dolar Amerika Serikat (AS), sebagai mata uang safe haven di tengah panasnya tensi geopolitik.

Berdasarkan Trading Economics, indeks dolar naik 0,44% dalam 24 jam terakhir ke level 99,34 pada Senin (23/6), melanjutkan penguatan 1,39% dalam sepekan. Sementara rupiah, berdasarkan Bloomberg turun 1,39% ke Rp 16.492 per dolar AS dan turun 0,58% dari hari sebelumnya.

Presiden Komisioner HFX International Berjangka, Sutopo Widodo mengatakan konflik di Timur Tengah memiliki dampak langsung yang merugikan terhadap nilai tukar rupiah. Ini seiring dengan menguatnya dolar AS sebagai aset safe haven.

"Ketika global meningkat, investor cenderung beralih ke mata uang yang dianggap lebih stabil dan likuid seperti dolar AS, menarik modal keluar dari pasar negara berkembang termasuk Indonesia," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (23/6).

Baca Juga: Kurs Rupiah Tertekan Mendekati Rp 16.500 Per Dolar AS Efek Geopolitik, Senin (23/6)

Kenaikan harga minyak juga membebani neraca perdagangan dan pembayaran Indonesia, mengingat Indonesia adalah importir minyak bersih. Beban subsidi energi dapat meningkat, menimbulkan tekanan pada anggaran pemerintah.

"Akibatnya, sentimen negatif pasar terhadap rupiah semakin diperparah, mendorong pelemahan seperti yang terlihat hingga hari ini," lanjut Sutopo.

Dia berpandangan bahwa potensi pelemahan rupiah akibat perang ini cukup signifikan dan dapat berlanjut jika konflik berkepanjangan atau eskalasi lebih lanjut. Pasar akan mencermati respon Bank Indonesia (BI) dan kebijakan pemerintah dalam menstabilkan perekonomian.

Baca Juga: Rupiah Ditutup Melemah ke Rp 16.492 Per Dolar AS Hari Ini (23/6), Seluruh Asia Turun

Menurutnya, jika tekanan inflasi domestik meningkat akibat harga minyak yang tinggi, BI mungkin akan dihadapkan pada pilihan sulit antara menahan laju inflasi dengan menaikan suku bunga atau menjaga pertumbuhan ekonomi.

Untuk level teknis, support rupiah terhadap dolar AS dapat terlihat di sekitar Rp 16.300 - Rp 16.400 per dolar AS, yang merupakan level krusial untuk mencegah pelemahan lebih lanjut. Sementara itu, resistance yang perlu dicermati berada di kisaran Rp 16.500 per dolar.

"Jika level resistance ini ditembus, rupiah berpotensi melemah lebih jauh ke kisaran Rp 16.700 atau bahkan Rp 16.800 per dolar, tergantung pada seberapa parah gejolak global yang terjadi," imbuhnya.

Selanjutnya: 5 Zodiak Paling Manipulatif yang Pandai Memengaruhi Orang Lain, Siapa Saja?

Menarik Dibaca: 5 Zodiak Paling Manipulatif yang Pandai Memengaruhi Orang Lain, Siapa Saja?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×