Reporter: Kenia Intan | Editor: Yudho Winarto
"Sebelumnya kita kan mengambil dari government classification yang mana biasanya digunakan untuk melihat pertumbuhan ekonomi. Sekarang, kami ambil dari commercial side-nya yang lebih common global knowledge untuk klasifikasi," ungkap Denny.
Untuk IDC-IC, klasifikasinya berkiblat pada klasifikasi industri komersial dari perusahaan data yang biasa menjadi acuan, seperti Klasifikasi Global Industry Classification Standard (GICS) milik MSCI dan S&P, Industry Classification Benchmark (ICB) milik FTSE dan Dow Jones. Ada juga Thomson Reuters Business Classification (TRBC) yang dimiliki oleh Refinitiv (Thomson Reuters).
Mempermudah pelaku pasar
Analis Philip Sekuritas Indonesia Anugerah Zamzami Nasr mencermati, perubahan klasifikasi indeks berdasar IDX-IC ini akan lebih baik. Sebab, pengelompokkannya lebih mendetail dan lebih mirip dengan GICS yang banyak dipakai di beberapa bursa global.
"Jadi lebih bagus sih. Kadang, JASICA ada yang kurang cocok klasifikasinya," ungkap Zamzami kepada Kontan.co.id, Kamis (21/1).
Contohnya, lanjut Zamzami, subsektor semen yang saat ini digolongkan ke dalam sektor basic industry atau industri dasar. Padahal jika mengacu pada GICS, emiten semen masuk di industri materials, sub-sektor construction material.
Baca Juga: Begini kategorisasi indeks sektoral baru di BEI
Ia juga mencontohkan, ASII yang dalam klasifikasi JASICA masuk ke dalam aneka industri. Padahal, jika ditilik menggunakan GICS akan masuk ke dalam consumer discretionary.
Dengan klasifikasi yang lebih baik, imbuh Zamzami, standarisasi definisi industri juga semakin jelas. Sehingga, manajer portofolio dan analis dapat membandingkan dan menganalisis perusahaan dan industri atau sektor dengan lebih tepat.
Klasifikasi yang lebih tepat akan berguna juga dalam pembuatan benchmark industri atau tolak ukur kinerja industri.
Sementara untuk investor ritel, adanya pembaruan klasifikasi akan memudahkan mereka dalam menganalisa. Sehingga investor sebenarnya tidak perlu mengkhawatirkan perubahan tersebut.
Senada, Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana bilang, grup-grup yang lebih spesifik akan mempermudah investor dalam melakukan analisa saham.
Asal tahu saja, IDX-IC ini memiliki empat sturktur klasifikasi, lebih banyak dibanding JASICA yang hanya dua tingkat klasifikasi.
Dengan klasifikasi yang detail, emiten-emiten yang selama ini tercampur dalam satu subsektor lebih dapat teridentifikasi. Sehingga akan mempermudah dari sisi analisanya, serta mempermudah dalam melihat valuasi industrinya.