Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Yudho Winarto
Sementara itu, lanjut Alwi, stimulus yang diberikan oleh Pemerintah China untuk mendorong ekonomi negara tersebut, dianggap gagal mendukung mata uang kawasan Asia termasuk Rupiah.
Stimulus yang digelontorkan bernilai jumbo belum mampu mengalahkan sentimen dari penguatan dolar AS.
Dari dalam negeri, Alwi melihat bahwa minimnya data ekonomi selama pekan ini menjadi alasan rupiah tidak banyak bergerak. Investor juga cenderung wait and see dalam menantikan pemilihan Presiden pada 14 Februari mendatang.
Selain itu, investor juga tengah memperhatikan kabar lebih lanjut terkait mundurnya Sri Mulyani sebagai sosok sentral dalam meramu kebijakan keuangan di pemerintahan.
“Dampak isu mundurnya Sri Mulyani menjadi sentimen bagi Rupiah karena Dia memegang kunci penting dalam kabinet Jokowi,” ucap Alwi.
Alwi menilai, saat ini masih sangat sulit untuk mengalahkan dolar di tengah ekspektasi The Fed akan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama.
Namun, rupiah kemungkinan bakal mendapatkan dorongan dari hasil rapat FOMC The Fed pada 31 Januari 2024.
Rupiah berharap adanya nada dovish yang disampaikan oleh Ketua Fed, Jerome Powell, dalam pertemuan tersebut.
Baca Juga: Periksa Petunjuk Tukar Valas dan Kurs Dollar-Rupiah di BCA pada Jumat (26/1)
Pernyataan dari Jerome Powell terkait kebijakan moneter lebih longgar dapat mendukung rupiah, sekalipun masih banyak Pejabat The Fed yang menentang pemangkasan suku bunga lebih awal.
“Kalau terdapat nada-nada dovish dari Jerome Powell, maka bisa jadi katalis bagi rupiah untuk berbalik menguat,” ujar Alwi.
Menurut Alwi, rapat perdana The Fed di tahun ini sangat krusial untuk melihat arah suku bunga Bank Sentral AS ke depannya.
Dengan asumsi The Fed menyiratkan pesan kebijakan moneter yang lebih longgar, Alwi memperkirakan rupiah bakal menguji area 15.670 dan bisa menuju area 15.530.
Dia mencermati saat ini pergerakan USD/IDR secara teknikal sudah overbought, sehingga memberikan peluang rupiah bakal menguat terhadap dolar AS.
Hanya saja, Alwi mengamati, level 16.000 mungkin bakal menjadi area psikologis rupiah pada akhir kuartal I-2024, seiring narasi suku bunga tinggi masih membayangi pasar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News