Reporter: Grace Olivia | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang agresif di paruh pertama tahun ini bagai buah simalakama bagi emiten sektor perbankan. Jika kenaikan bunga deposito tak beriringan dengan kenaikan bunga kredit, tekanan pada margin bank atau net interest margin (NIM) pun tak dapat terhindarkan.
Bank-bank berkapitalisasi jumbo tak luput dari risiko ini. Pada musim laporan keuangan semester-I 2018, sejumlah bank besar mengalami penurunan NIM. Di antaranya, Bank Mandiri (BMRI) yang marginnya turun dari 5,88% menjadi 5,7%, BCA (BBCA) turun dari 6,3% menjadi 6%, dan BNI (BBNI) turun dari 5,6% menjadi 5,4%.
Untungnya, ketiga bank besar tersebut masih mampu membukukan pertumbuhan laba. Dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya, laba bersih BMRI tumbuh 28,7% menjadi Rp 12,2 triliun, sedangkan BBCA mencatat kenaikan laba 8,4% menjadi Rp 11,4 triliun. Sementara, laba bersih BBNI tumbuh 16% menjadi Rp 7,4 triliun. Adapun, BRI (BBRI) belum merilis laporan keuangannya hingga saat ini.
Melihat hal tersebut, analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Taye Shim, memilih mempertahankan outlook konservatif alias netral untuk sektor perbankan untuk sepanjang sisa tahun ini.
Di satu sisi, dia yakin bank bakal berupaya memperkecil biaya dana (cost of fund) dengan meningkatkan rasio simpanan dana murah atau current account and saving account (CASA). Namun, di sisi lain, menurunya hasil pinjaman masih akan menekan margin sehingga bergerak datar di paruh kedua tahun ini.
"Hasil pinjaman telah mengalami tren penurunan sejak awal tahun, dimana kami mengaitkannya dengan persaingan yang ketat di tengah permintaan kredit yang melambat. NIM akan stabil namun bergerak datar sepanjang tiga bulan ke depan," papar Taye dalam risetnya, 26 Juli.