kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tekanan eksternal masih melemahkan nilai tukar rupiah


Senin, 17 Juni 2019 / 16:58 WIB
Tekanan eksternal masih melemahkan nilai tukar rupiah


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada perdagangan Selasa (18/6) diprediksi masih akan melanjutkan pelemahan. Berdasarkan data Jisdor Bank Indonesia (BI), rupiah hari ini (17/6) melemah 0,29% ke level Rp 14.346 per dollar AS. Sedangkan menurut data Bloomberg, kurs rupiah ditutup melemah tipis 0,08% ke level Rp 14.337 per dollar AS dibandingkan dengan harga penutupan Jumat lalu.

Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, rupiah besok masih berpotensi melanjutkan pelemahan. "Masalah eksternal yaitu perang dagang dan Brexit, masih jadi pemberat atau sumber pelemahan rupiah," kata Ibrahim kepada Kontan.co.id, Senin (17/6).

Ibrahim memperkirakan, rapat Federal Reserve (The Fed) akan membahas rencana penurunan suku bunga di akhir tahun, lantaran prospek pertumbuhan global yang melemah dan meningkatnya ketegangan perdagangan. Ibrahim mengatakan, dengan belum selesainya perang dagang AS-China, kini muncul perang dagang AS-India.

Pada 5 Juni, AS menghapus fasilitas Generalized System of Preference (GSP) bagi India. Penghapusan GSP menyebabkan India harus membayar bea masuk atas produk senilai US$ 5,6 miliar yang berlaku mulai Minggu (16/6). India merupakan penerima kelonggaran GSP terbesar dari AS.

India pun tidak terima, dan membalas dengan menerapkan bea masuk untuk 28 produk AS seperti kacang almond, walnut, dan apel. Kebijakan Negeri Bollywood ini bisa memukul sektor pertanian AS. Pasalnya, data Departemen Pertanian AS menyebutkan, India merupakan pembeli kacang almond terbesar dengan nilai US$ 543 juta. Jumlah ini lebih dari separuh dari total ekspor kacang almond AS. 

Jika skalanya semakin luas, tentunya investor akan khawatir dan enggan masuk ke instrumen berisiko di negara berkembang. Ditambah lagi dr sisi internal, sentimen menghangatnya geopolitik di Timur Tengah bakal mempengaruhi distribusi minyak.

Lebih lanjut, panasnya kondisi Timur Tengah juga bisa mengganggu jalur pelayaran, sehingga harga minyak berpotensi membengkak. Saat itu terjadi, tentunya biaya impor semakin mahal dan bisa mengancam transaksi berjalan (current account). 

Sementara itu, dalam rapat bulanan pekan ini, Bank Indonesia diperkirakan akan kembali mempertahankan suku bunga acuannya di level 6%. Ibrahim memperkirakan, rupiah esok akan melemah dengan support Rp 14.310 dan resistance Rp 14.370 per dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×