kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tekanan di Pasar Obligasi Domestik Diperkirakan Sudah Mulai Mereda


Senin, 20 Juni 2022 / 13:51 WIB
Tekanan di Pasar Obligasi Domestik Diperkirakan Sudah Mulai Mereda
ILUSTRASI. Obligasi


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar obligasi kembali berada dalam tekanan sepanjang bulan Juni ini. Salah satu indikasinya adalah terus bergerak naiknya yield SBN acuan 10 tahun. Tercatat, kini yield SBN acuan 10 tahun berada di level 7,5%, padahal yield sempat berada di level 6,96% pada awal Juni. 

Chief Economist & Investment Strategist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Katarina Setiawan mengungkapkan, pelemahan pasar obligasi dibayangi oleh komentar dari bank sentral Amerika Serikat (The Fed) yang menekankan komitmennya untuk menanggulangi inflasi dan mempertahankan arah kenaikan suku bunga agresif. 

Ketidakpastian pasar juga meningkat terhadap outlook pertumbuhan ekonomi AS, karena kenaikan suku bunga yang agresif dikhawatirkan dapat memicu resesi ekonomi. Selain itu pasar juga dibayangi oleh lockdown di China karena meningkatnya kasus COVID-19 dan kebijakan ‘zero Covid’ pemerintah China. 

“Kondisi ini meningkatkan kekhawatiran gangguan rantai pasokan dunia, karena peranan penting China dalam produksi global, dan dampaknya terhadap inflasi dunia,”  jelasnya dalam ulasan Seeking Alpha edisi Juni yang dirilis Senin (20/6).

Baca Juga: Reksadana Pasar Uang Jadi Satu-Satunya Reksadana yang Positif Sepekan Terakhir

Sementara dari dalam negeri, Katarina melihat langkah pemerintah menaikkan anggaran subsidi dan kompensasi energi bisa menambah APBN. Tapi, hal tersebut dinilai tidak akan memberikan efek yang negatif.

Pasalnya, kenaikan anggaran subsidi dan kompensasi energi dapat dibiayai oleh kenaikan pendapatan dari sektor komoditas sehingga beban APBN tetap terjaga. 

Dalam APBN Perubahan 2022, target pendapatan naik 23,1% sementara anggaran belanja naik 14,4%, sehingga defisit anggaran justru membaik di mana semula 4,85% dari PDB menjadi 4,5% dari PDB. dia menilai, perubahan postur APBN ini positif bagi pasar obligasi karena mengurangi risiko tekanan inflasi dan mengurangi asumsi penerbitan SBN tahun ini.

Secara umum, Katarina melihat bahwa tekanan di pasar obligasi sudah berkurang saat ini. Dari sisi domestik, tekanan inflasi diperkirakan lebih terjaga dari ekspektasi pasar sebelumnya didukung keputusan pemerintah untuk menjaga harga BBM Pertalite dan tarif listrik bersubsidi. 

Baca Juga: BI Masih Tahan Suku Bunga, Obligasi Korporasi Tenor Pendek Jadi Pilihan Menarik

Sementara pendapatan pemerintah yang meningkat dari sektor komoditas juga membawa angin positif bagi APBN, karena bisa membiayai naiknya subsidi dan mengurangi penerbitan SBN. Selain itu, dengan tingkat inflasi yang lebih terjaga maka kenaikan suku bunga Bank Indonesia juga dapat menjadi lebih konservatif dibandingkan perkiraan pasar sebelumnya. 

“Dari sisi eksternal, kami melihat masih ada kemungkinan untuk The Fed beranjak lebih dovish seiring dengan outlook ekonomi AS yang melemah dan tekanan inflasi yang mereda. Perubahan postur The Fed yang lebih dovish dapat menjadi katalis bagi pasar obligasi,” tutup Katarina.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×