Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Rencana PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) membangun pabrik gula terus bergulir. TBLA melalui anak usahanya PT Adikarya Gumilang telah menandatangani perjanjian dengan Sharkara International FZC, anak usaha perusahaan Thailand, Sutech Engineering Co. Ltd.
Hardy, Sekretaris Perusahaan TBLA mengatakan, dalam perjanjian itu, Sharkara ditunjuk untuk menjadi kontraktor utama pembangunan pabrik gula yang berlokasi di Terbanggi, Lampung Tengah. Nilai kontrak tersebut senilai US$ 35 juta atau setara dengan Rp 420 miliar.
Selain menunjuk Sharkara, TBLA juga menunjuk beberapa kontraktor lain untuk mengerjakan lingkup pekerjaan yang tidak dikerjakan kontraktor utama. Nilai kontrak untuk kontraktor di luar Sharkara adalah senilai US$ 68 juta atau setara dengan Rp 816 miliar.
"Pabrik mulai dibangun akhir 2014 dan selesai 2016," kata Hardy kepada KONTAN, Jumat (11/7). Rencana pembangunan pabrik merupakan kelanjutan dari ekspansi TBLA. Sebelumnya, TBLA sudah membangun pabrik gula rafinasi berkapasitas 600 ton per hari di Way Lunik, Lampung.
Investasi yang dibutuhkan untuk pembangunan pabrik tersebut mencapai Rp 511,43 miliar yang ditutupi dari pinjaman bank dan kas internal. Pembangunan pabrik ini sudah selesai dan akan beroperasi di tahun ini.
TBLA memang terus menggenjot kontribusi bisnis gula sebagai komplemen dari usaha utama di bidang kelapa sawit. Hingga Mei tahun ini, TBLA memang telah mengimpor sebanyak 71.000 ton gula.
Seperti diketahui, TBLA telah mendapat alokasi impor raw sugar sebanyak 180.000 ton. Artinya, pendapatan TBLA dari raw sugar bisa mencapai kurang lebih Rp 1,8 triliun sepanjang tahun. Namun, perseroan rupanya masih malu-malu mematok target pendapatan gula terlalu tinggi.
Buktinya, hingga akhir tahun TBLA hanya menargetkan pendapatan gula sebesar Rp 1 triliun atau 25% dari total pendapatan perseroan Rp 4 triliun pada 2014. Sebelumnya, ditahun 2013, kontribusi gula hanya mencapai 2% dari total pendapatan perusahaan Rp 3,7 triliun.
Selain gula, pendapatan TBLA tentu akan lebih banyak disokong bisnis perkebunan sawit. TBLA akan menggenjot produksi minyak sawit mentah alias Crude Palm Oil (CPO) menjadi sebesar 300 ribu ton di 2014, dari tahun lalu yang sekitar 240 ribu ton.
TBLa juga akan melakukan pengembangan usaha dengan menambah lahan sawit dan tebu untuk meningkatkan revenue perseroan. Untuk itu, TBLA menyiapkan belanja modal atau Capital Expenditure (capex) sebesar Rp 1 triliun di tahun ini.
Dana capex dipenuhi TBLA dari kas internal dan pinjaman perbankan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News