Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Kendati kurs rupiah terhadap dollar AS belakangan ini babak belur, manajemen PT Tower Bersama Tbk (TBIG) mengklaim hal tersebut tidak berpengaruh terhadap profitabilitas perseroan.
Padahal, TBIG adalah salah satu perusahaan yang memiliki utang yang banyak. Menurut Helmy Yusman Santoso, Direktur Keuangan TBIG, saat ini total utang perseroan, baik berdenominasi dollar AS dan rupiah mencapai Rp 9,1 triliun.
Biar aman dari kurs, perusahaan menara milik Grup Saratoga ini mengklaim telah melakukan lindung nilai (hedging) kurs untuk utang-utangnya yang bermata uang dollar AS. Hedging dilakukan secara penuh sesuai nilai utang yang ditarik.
"Waktu kami tarik utang dollar tahun 2010, (rupiah) langsung kami hedge di harga Rp 8.800," ujarnya. Sehingga, kendati rupiah menyentuh kisaran Rp 11.500, perseroan tetap membayar dengan nilai Rp 8.800 per dollar AS.
Dengan demikian, kata Helmy, pihaknya tidak memiliki isu turunnya margin keuntungan. Sayang, ia belum mau mengungkapkan detail mengenai kinerja laba bersih perseroan per akhir September 2013. "Laporan keuangan masih kami audit, minggu depan baru kami disclose," pungkas Helmy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News