Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Surat utang jangka menengah (MTN) kian membanjir. Kali ini, PT Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (Eximbank) menerbitkan MTN I Rp 500 miliar.
Berdasarkan keterangan resmi perusahaan Jumat (15/7), surat utang ini membagikan kupon 8,65% per annum. Bunga akan dibayarkan dengan frekuensi tiga bulanan dengan pembayaran bunga pertama pada 15 Oktober 2016.
MTN berjangka waktu lima tahun dan akan jatuh tempo 15 Juli 2016. Bertindak sebagai agen pemantau merupakan PT Bank Mandiri.
PT Suparma juga menerbitkan MTN I seri B senilai US$5 juta dengan kupon 5,5% per annum. Surat utang ini bertenor lima tahun dan akan jatuh tempo 18 Juli 2021.
Bunga akan dibayarkan dengan frekuensi semi annual dengan pembayaran bunga pertama pada 18 Januari 2017. Adapun sebagai arranger merupakan PT BNI Securities.
Kemudian, PT Impack Pratama Industri yang menerbitkan MTN I senilai Rp 100 miliar dengan kupon 11%. MTN bertenor dua tahun dan akan jatuh tempo 30 Juni 2018.
Pembayaran bunga pertama akan dilakukan pada 30 September 2016 dengan frekuensi pembayaran tiga bulanan. Untuk penerbitan ini, perusahaan menunjuk PT Bank Bukopin sebagai agen pemantau.
PT MNC Securities juga menerbitkan MTN I seri B senilai Rp 8 miliar dengan kupon 12,5% per annum. Pembayaran bunga dilakukan dengan frekuensi tiga bulanan. Untuk pembayaran bunga pertama dilakukan pada 17 Agustus 2016.
Surat utang ini bertenor dua tahun dan akan jatuh tempo 17 Mei 2019. Sedangkan sebagai agen pemantau merupakan PT Bank Mega.
Investment Specialist BNI Asset Management Akuntino Madhany mengatakan pengesahan Undang-Undang tax amnesty memicu ramainya penerbitan MTN. Permintaan MTN akan meningkat lantaran repatriasi membutuhkan instrumen investasi sebagai tempat parkir dana.
"MTN bisa menjadi salah satu instrumen investasi dana repatriasi yang diperkirakan akan membanjir," ujar Akuntino, Jumat (15/7).
Kebutuhan MTN juga akan meningkat seiring diterbitkannya aturan otoritas jasa keuangan (OJK) terkait kontrak investasi kolektif. Dalam aturan tersebut, otoritas memperbolehkan manajer investasi memutar aset dasar pada surat utang yang tidak melakukan penawaran umum.
"Sehingga reksadana open end (terbuka) sudah bisa membeli MTN sebagai aset dasar," ujar Akuntino.
Analis PT Capital Asset Management Desmon Silitonga memperkirakan penerbitan MTN tahun ini bisa berkisar Rp 10 triliun hingga Rp 15 triliun.
"Namun korporasi masih lebih memilih penerbitan obligasi konvensional dibandingkan MTN," ujar Desmon.
Data OJK menunjukkan, total MTN yang tercatat di PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencapai Rp 18,05 triliun. Dari nilai tersebut, sekitar Rp 1,67 digenggam oleh investor asing dan sisanya sekitar Rp 16,37 triliun merupakan investor lokal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News