Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Menjelang tutup tahun 2014, tawaran produk reksadana baru masih ramai. Sejumlah manajer investasi ingin memanfaatkan momentum pemerintahan baru yang diharapkan bisa mengerek kinerja pasar modal.
Salah satunya adalah PT CIMB Principal Asset Management. Perusahaan ini berencana menerbitkan reksadana saham bulan November ini. Presiden Direktur PT CIMB Principal Asset Management Fajar Rachman Hidajat mengatakan, tengah mengajukan izin penerbitan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK). "Kami menunggu pernyataan efektif," kata Fajar.
Reksadana ini akan menerapkan strategi overweight sektor-sektor yang terkait infrastruktur, semen, konstruksi dan konsumsi. Selain itu juga underweight pada saham berbasis perkebunan.
Fajar optimistis, sektor infrastruktur akan tumbuh karena ditopang belanja infrastruktur yang naik hingga Rp 1.127 triliun pada 2019 dibandingkan 2013 yang sebesar Rp 200 triliun.
Pertumbuhan infrastruktur akan berdampak positif terhadap sektor terkait, seperti konstruksi, semen dan jalan tol. Sehingga, lima tahun ke depan sektor tersebut berpotensi outperform terhadap IHSG dengan potensial upside 155% hingga 404%."Asumsi return reksadana saham baru ini 1,2 kali di atas benchmark," kata Fajar.
Selain itu, pihaknya juga berencana meluncurkan reksadana pendapatan tetap dan terproteksi pada Desember 2014. Tiga reksadana anyar tersebut ditargetkan bisa menambah dana kelolaan Rp 200 miliar, dari posisi saat ini yang sekitar Rp 3,5 triliun.
Tawaran produk reksadana baru juga datang dari perusahaan manajer investasi baru, PT Quant Kapital Investama. Produk pertamanya yang bakal terbit November ini bernama Quant Investa Saham.
Vice President Investment PT Quant Kapital Investama Hans Kwee bilang, produk ini akan mengambil saham-saham dengan fundamental bagus dan valuasi menarik. "Pernyataan efektif dari OJK untuk produk ini diperkirakan bisa keluar pekan ini atau pekan depan," kata Hans.
Produk ini melirik saham-saham sektor konsumer dan defensif saat pasar koreksi. Strategi akan diubah dengan masuk ke saham sektor infrastruktur, perbankan, semen, serta konstruksi saat kondisi pasar membaik. "Estimasi kami, produk ini bisa membagi return 1,5 hingga 2 kali di atas IHSG," kata Hans.
Quant menargetkan, bisa mengumpulkan dana kelolaan Rp 25 miliar akhir tahun ini. Tahun depan, diperkirakan dana kelolaan bisa meningkat menjadi Rp 200 miliar.
BNI Asset Management juga berencana menerbitkan reksadana terproteksi, reksadana penyertaan terbatas serta reksadana terbuka atau open end tahun ini. Namun, Direktur Utama BNI Asset Management Reita Farianti, masih enggan membocorkan jenis reksadana open end tersebut.
Tiga produk ditargetkan bisa menambah dana kelolaan menjadi Rp 1 triliun hingga akhir tahun. Hingga September, dana kelolaannya sebesar Rp 8,67 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News