Reporter: Dede Suprayitno, Emir Yanwardhana | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Rencana pemerintah menurunkan tarif interkoneksi sepertinya masih tertunda. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyatakan, tarif interkoneksi menggunakan aturan lama, yakni Rp 250 per menit.
"Karena dokumen penawaran interkoneksi belum lengkap terkumpul," terang Plt Kepala Biro Humas Kementerian Kominfo, mengutip situs resmi Kominfo, kemarin.
Sementara PT Indosat Tbk (ISAT) tetap ngotot. "ISAT tetap menerapkan kebijakan penurunan interkoneksi yang baru, sesuai SE," tegas Alexander Rusli, Presiden Direktur dan CEO ISAT, Kamis (1/9). Jadi, ISAT tetap memakai tarif interkoneksi baru.
Ia menjelaskan, ISAT tidak akan terbebani, meski tarif interkoneksi turun. Salah satu alasannya, pertumbuhan pendapatan ditopang bisnis data.
Begitu pula PT XL Axiata Tbk (EXCL) yang kecewa karena sudah mematuhi persyaratan Kominfo, yakni menyerahkan dokumen penawaran interkoneksi (DPI). "Kami kecewa, karena sudah menyerahkan dokumen sebelum deadline,' kata Turina Farouk VP Corporate Communication XL Axiata.
Padahal deadline operator menyerahkan DPI 15 Agustus lalu. EXCL masih memakai dasar tarif lama interkoneksi. "Kami masih menggunakan dasar tarif lama, tapi juga memakai tarif secara business to business," kata Turina.
EXCL akan memakai selling price interkoneksi lama yakni Rp 250. Tapi tak menampik keinginan penurunan tarif 40% menjadi Rp 120-Rp 150.
PT Telkomsel, anak usaha PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) masih memakai tarif interkoneksi lama. "Kami masih memakai tarif lama hingga pemerintah mengumumkan hasil perhitungan biaya interkoneksi masing-masing operator sebagai acuan kesepakatan industri," kata Direktur Utama Telkomsel, Ririek Adriansyah kepada KONTAN, Kamis (1/9).
Saat ini Telkomsel belum menyerahkan DPI, karena belum mendapat jawaban tertulis perihal surat keberatan Telkomsel. Ririek berharap. Kominfo segera menyampaikan pemberitahuan tertulis atas penundaan ini, yang ditujukan ke semua operator.
Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee menilai, batalnya penurunan tarif interkoneksi menguntungkan emiten yang memiliki basis pelanggan lebih besar, yaitu TLKM. Adapun emiten yang basis penggunanya kecil dirugikan.
Dus, dia merekomendasikan buy saham TLKM, dibandingkan emiten lain dengan target Rp 4.450 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News