kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tantangan perang dagang di depan mata, bagaimana prospek saham otomotif di bursa?


Senin, 09 Juli 2018 / 20:58 WIB
Tantangan perang dagang di depan mata, bagaimana prospek saham otomotif di bursa?
ILUSTRASI. Deretan Mobil di Parkir


Reporter: Krisantus de Rosari Binsasi | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja penjualan kendaraan bermotor roda empat sampai paruh pertama 2018 beragam. Dengan tantangan baru di semester II ini, bagaimana prospek saham otomotif di bursa?

Sekadar informasi, penjualan mobil Grup Astra di bawah bendera PT Astra International Tbk (ASII) mengalami penurunan di bulan Juni 2018. Dari data PT Toyota Astra Motor (TAM), penjualan ritel akhir Juni mencapai 22.002 unit, turun hingga 33,28% atau berkurang 10.977 unit dibanding bulan Mei 2018.

Begitu pun dengan Nissan yang menjadi salah satu produk otomotif PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX) hingga kini belum memiliki produk baru, sehingga hanya mencatat penjualan sebanyak 246 unit pada bulan Mei 2018 atau turun lebih dari 50% dibanding penjualan April yang mencapai 456 unit.

Saat yang lain turun, penjualan mobil PT Indomobil Sukses International Tbk (IMAS) justru mencatat kenaikan penjualan dari 8.505 unit menjadi 12.555 unit pada Mei 2018.

Analis Binaartha Parama Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta melihat, tantangan bagi industri otomotif adalah terkait dengan perang dagang yang membuat mata uang dollar AS menguat sehingga mempengaruhi kinerja penjualan otomotif.

"Selain itu, ada juga kendaraan-kendaraan yang dibuat di luar negeri yang membuat harganya mahal saat dipasarkan ke Indonesia. Begitu pun dengan stok suku cadang sebab sebagian besar komponen spare part diimpor dari luar negeri dan tentu saja pembayarannya dengan mata uang dollar," ungkapnya.

Namun, Nafan berharap pembangunan dan perluasan infrastruktur berbasis tol maupun non tol yang dibuat pemerintah bisa menjadi katalis positif untuk meningkatkan kinerja penjualan emiten-emiten otomotif.

Menurut dia, pemerintah pun tengah berusaha meningkatkan kinerja ekspor termasuk produk-produk otomotif untuk mengurangi defisit neraca perdagangan.

"Upaya pemerintah ini juga bertujuan untuk menambah pemasukan bagi negara dan emiten-emiten otomotif. Selain itu, pemerintah juga sedang berupaya untuk meringankan pajak kendaraan tipe sedan. Hal ini memang perlu dilakukan karena pasar sedan begitu luas," jelasnya.

Nafan memprediksi pada kuartal kedua tahun ini, angka penjualan mobil akan naik karena emiten-emiten otomotif akan berusaha memberikan diskon besar-besaran untuk menghabiskan stok dan meningkatkan kinerja penjualan.

"Salah satu strategi yang dilakukan adalah dengan memberikan diskon untuk menarik minat masyarakat untuk membeli produk otomotif tersebut. Hal ini juga bertujuan untuk meningkatkan angka penjualan kendaraan selama tahun 2018 ini," kata Nafan.

Mengenai rekomendasi saham bagi Investor, Nafan mengatakan bahwa untuk saham ASII sudah terkonsolidasi sehingga secara teknikal bisa melakukan akumulasi beli.

"Target harganya hingga akhir tahun bisa mencapai Rp 7.150 per saham," tandasnya.

Lalu untuk IMAS, Nafan menyarankan agar untuk saat ini investor perlu wait and see terlebih dahulu karena secara teknikal belum bergerak ke arah konsolidasi.

"Harga sahamnya pernah mencapai titik tertinggi di level Rp 4.780 per saham dan mencapai titik terendah di level Rp 1.675 per saham. Saat ini harga sahamnya masih bertahan di level Rp 2.480 per saham.

Sedangkan MPMX, ia mengatakan pergerakan sahamnya secara keseluruhan masih menunjukkan tanda downtrend.

Maka, Nafan hanya menyarankan untuk melakukan trading jangka pendek dengan target harga di level Rp 1.000 hingga Rp 1.020 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×